Ancaman perubahan iklim itu nyata, dan dampaknya makin terasa. Di acara Investing on Climate di Main Hall BEI Jakarta, Jumat lalu, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo menyuarakan keprihatinannya. Menurutnya, langkah-langkah mitigasi harus segera diambil, salah satunya dengan membangun tanggul laut raksasa.
Hashim menggambarkan situasi yang mengkhawatirkan, terutama di kawasan pesisir. Kenaikan permukaan air laut, yang disebutnya sekitar 2,5 hingga 5 cm per tahun, sudah mulai memakan korban.
"Kita bisa lihat ya di Jakarta Utara. Dampaknya, banyak rakyat kita maaf yang paling kena adalah dari lapisan bawah. Mereka yang merasakan langsung setiap tahunnya," ujar Hashim.
Dia tak hanya bicara soal Jakarta. Kondisi pesisir utara Pulau Jawa secara keseluruhan, dengan kepadatan penduduknya yang tinggi, disebutnya sebagai contoh ancaman yang sangat nyata. Tanpa perlindungan, konsekuensinya bisa meluas secara drastis.
Di sisi lain, Hashim menekankan bahwa proyek infrastruktur besar ini bukan sekadar wacana lagi, melainkan sebuah keharusan. Tanpanya, risiko yang dihadapi bukan lagi sekadar genangan sesaat.
"Kita harus membangun tanggul laut raksasa. Bukan cuma untuk Teluk Jakarta, tapi untuk sepanjang panti utara Pulau Jawa. Coba bayangkan, kalau tidak dibangun, kurang lebih 80 sampai 100 juta jiwa bisa terkena dampak negatif," tegasnya.
Peringatannya jelas: dampak perubahan iklim ini semakin parah dan telah memakan banyak korban, baik di Indonesia maupun negara tetangga. Pembangunan tanggul laut raksasa dia anggap sebagai langkah mendesak untuk melindungi jutaan orang dari ancaman yang kian nyata itu. Sebuah proyek kolosal yang, baginya, tak bisa lagi ditunda.
Artikel Terkait
Di Tengah Reruntuhan, Seorang Pengusaha Terus Memikirkan Nasib 15 Pegawainya
Korban Tewas Bencana Sumatera Tembus 867, Pencarian 521 Jiwa Terus Digencarkan
Ilustrator Gresik Raih Fazzio Hybrid Berkat Desain Retro di Tengah Tenggat Dua Hari
Kominfo Ingatkan Gen Z: Modus Scam Kini Makin Canggih dan Sulit Dilacak