Gedung Putih Bantah Klaim Afsel Soal Pembatalan Boikot G20

- Jumat, 21 November 2025 | 06:20 WIB
Gedung Putih Bantah Klaim Afsel Soal Pembatalan Boikot G20

G20 sendiri bukan main-main. Kelompok ini mewakili 85 persen ekonomi global, dan KTT-nya jadi ajang penting pertemuan pemimpin dunia sejak krisis 2008 melanda. Tapi di bawah Trump, AS seperti punya pola konsisten untuk menjauhi forum internasional semacam ini.

Awalnya Trump setuju kirim Wakil Presiden JD Vance, tapi kemudian membatalkan sama sekali. Bukan cuma G20, AS juga mengabaikan pembicaraan iklim COP30 di Brasil – di mana Trump justru membela bahan bakar fosil dan menolak konsensus ilmiah tentang pemanasan global.

Sejak balik ke Gedung Putih Januari lalu, Trump memang sering bersikap keras terhadap Afrika Selatan. Dia kerap mengulang klaim-klaim ekstrem kanan di internet yang sudah berkali-kali dibantah, termasuk soal Afrikaner kulit putih yang katanya "dibunuh sistematis". Padahal, yang benar adalah negara itu memang punya tingkat kekekerasan tinggi secara umum.

Hubungan kedua negara makin runyam ketika pemerintahan Trump mengusir duta besar Afrika Selatan setelah sang dubes menuduh Trump rasis. Belum cukup sampai situ, Trump juga memberlakukan tarif perdagangan 30 persen untuk Afrika Selatan – yang jadi tarif tertinggi di kawasan sub-Sahara Afrika.

Tapi di tengah ketegangan politik ini, dunia bisnis AS justru tampil beda. Mereka terwakili dengan baik di acara paralel Business 20 (B20) yang berakhir Kamis di Johannesburg.

Suzanne Clark, Kepala Kamar Dagang AS, malah berterima kasih kepada Afrika Selatan karena telah memupuk "kolaborasi nyata antara negara-negara G20 di masa perubahan cepat".

"Kamar Dagang AS akan menggunakan kepemimpinan B20 kami untuk memupuk kolaborasi internasional," janji Clark. Mungkin tak mengherankan, sebab AS punya kepentingan bisnis yang cukup besar di Afrika Selatan – lebih dari 600 perusahaan AS beroperasi di sana menurut data kedutaan.


Halaman:

Komentar