"Organisasinya, Projo, juga turun drastis pengaruhnya pasca dirinya di-reshuffle dari posisi Menkop," tutur Efriza.
Langkah Realistis tapi Pragmatis
Sebagai Magister Ilmu Politik dari Universitas Nasional (UNAS), Efriza menganggap langkah Budi Arie Setiadi bergabung ke Partai Gerindra adalah langkah yang paling realistis, namun di sisi lain sangat pragmatis.
Namun, keputusan pragmatis ini justru dinilai dapat memberikan dampak negatif yang tidak kecil. Bukan hanya bagi Budi Arie secara personal, tetapi juga bagi Partai Gerindra dan Presiden Prabowo Subianto.
"Realistis bagi Budi Arie dan Projo untuk bergabung ke Gerindra, tetapi tidak secara pribadi bagi Presiden dan Ketum Partai Gerindra. Karena ketika mengiyakan Budi Arie dan Projo bergabung, nilai positifnya kecil dan malah berpotensi menimbulkan polemik besar di publik," pungkas Efriza.
Dengan demikian, wacana bergabungnya Budi Arie ke Gerindra bukan hanya sekadar perpindahan politik biasa, melainkan sebuah langkah yang penuh risiko dan konsekuensi bagi semua pihak yang terlibat.
                        
                                
                                            
                                            
                                            
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
                                                
Artikel Terkait
Analisis Hendri Satrio: Makna Tersembunyi PROJO Gabung Gerindra & Ganti Logo Jokowi
Drone Emprit Ungkap Penggiringan Opini Demo DPR Akhir Agustus 2025
Duta DPD 2025 Resmi Diluncurkan, Perkuat Asta Cita Prabowo ke Daerah
Reaksi Jokowi Dengar Logo Wajahnya Dihapus Projo: Tak Dipermasalahkan