Beberapa waktu kemudian, Mariss akhirnya buka suara. Dia mengaku tak bisa menahan diri.
Menurutnya, situasi saat itu sangat mencekam. Thailand sedang memimpin dan hampir dipastikan juara. Jadi, ketika Basral sukses mendarat dengan mulus di percobaan penentu, semua emosi meledak.
Di sisi lain, Mariss menegaskan bahwa dalam dunia skateboard, hal seperti ini sangat biasa. Saat di arena, yang diperjuangkan bukanlah mengalahkan orang lain, tapi menaklukkan rintangan di depan mata. Perbedaan bendera? Itu sama sekali tak terpikirkan.
Memang, di balik gemuruh sorak dan tumpahan emosi, ada cerita yang lebih hangat. SEA Games 2025 di Kuala Lumpur ini seakan diingatkan kembali. Olahraga bukan cuma soal podium dan logam mulia, tapi juga tentang respek dan ikatan manusiawi yang bisa mengalahkan segalanya. Pelukan antara pelatih Malaysia dan atlet Indonesia itu buktinya. Sederhana, tapi powerful banget.
Artikel Terkait
Ramon Tanque Bawa Persib Melaju ke Posisi Kedua Usai Taklukkan Bhayangkara
Penalti Vlasic Pecah Kebuntuan, Sassuolo Tersungkur di Depan Publik Sendiri
AFC Nations League Resmi Diumumkan, Sepak Bola Asia Siap Berubah
Korea Selatan Borong Gelar, Prancis dan China Kebagian Sisa di World Tour Finals 2025