Hubungan pribadi mereka memang baik. Mereka pernah bekerja sama selama dua setengah tahun di Barcelona. “Kami berbagi banyak hal,” akunya. Tapi Guardiola menekankan, baik Barcelona maupun Real Madrid adalah dua klub tersulit untuk dilatih, berkat tekanan dan lingkungan yang begitu intens.
“Musim ini berat. Semuanya bergantung pada kemenangan… dan kalau kamu tidak menang, kamu tahu apa konsekuensinya. Saya sendiri mengalaminya musim lalu! Tapi Xabi bisa melalui ini.”
Lalu, bagaimana dengan anggapan bahwa Alonso adalah penerus alami dari gaya permainan Guardiola? Pelatih City itu membantah tegas.
Menurutnya, kritik untuk Alonso saat ini juga terasa berlebihan. “Coba lihat, empat hari yang lalu, bukan empat bulan, mereka masih memimpin puncak klasemen LaLiga,” ujarnya, mencoba memberikan perspektif.
Di kubu Madrid, Alonso sendiri berusaha tenang. Dalam konferensi pers terpisah, dia mengklaim masih mendapat dukungan penuh dari manajemen klub. Pemain seperti Aurelien Tchouameni juga angkat bicara, menyebut bahwa tanggung jawab atas hasil buruk harus dipikul bersama oleh seluruh skuat.
Namun begitu, fakta tetap tak terbantah. Dengan drama internal yang memanas, dan pertandingan penuh tekanan melawan City di depan mata, nasib Xabi Alonso benar-benar digantung pada seutas benang. Setiap keputusan, setiap gol, bisa menjadi penentu.
Artikel Terkait
Rekomendasi Toko Perlengkapan Olahraga Favorit dari Para Pelari
Delapan Perenang Indonesia Lolos Final, Panen Medali SEA Games 2025 Dimulai
Tim Tenis Indonesia Ganyang Laos, Melenggang ke Semifinal SEA Games
Timnas U-22 Pulihkan Mental, Skuad Lengkap Hadapi Laga Hidup-Mati Lawan Myanmar