Di Balik Bilah: Ketika Kekalahan Menjadi Guru Terbaik

- Rabu, 10 Desember 2025 | 03:06 WIB
Di Balik Bilah: Ketika Kekalahan Menjadi Guru Terbaik

Kalimat sederhana itu menyentak. Memang, saya tak bisa mengulang pertandingan atau mengubah angka di papan skor. Tapi pilihan ada di tangan saya: terpuruk atau bangkit dan belajar.

Filsafat Stoa mengajarkan bahwa kekalahan bukan musuh. Itu bagian dari latihan mental. Seperti kata Epictetus, yang bisa kita kuasai cuma tindakan kita sendiri, bukan penilaian orang atau hasil akhirnya. Ini bikin saya merenung: apa tujuan saya berlatih? Cuma untuk menang dan dapat medali? Atau untuk jadi versi terbaik dari diri saya?

Pertanyaan itu membawa saya pada konsep Yunani kuno, arete keunggulan, atau usaha menjadi sebaik mungkin sesuai potensi diri. Aristoteles pernah menulis dalam Nicomachean Ethics, kebiasaan baik tak muncul tiba-tiba. Ia dibentuk lewat repetisi, latihan, dan disiplin yang konsisten.

Artinya, jadi atlet yang baik bukan cuma soal menang di arena. Tapi bagaimana saya berlatih setiap hari, bahkan saat tak ada seorang pun yang melihat.

Sejak itu, saya kembali ke ruang latihan dengan sudut pandang baru. Setiap lunge, parry, atau fleche tak lagi sekadar gerakan untuk menang. Itu adalah cara untuk memperbaiki diri. Latihannya berat, monoton, dan melelahkan. Tapi justru di situ saya merasa paling jujur di tengah keringat, napas tersengal, dan langkah yang kadang kacau.

Saya pelajari satu hal: kalah bukan berarti Anda tidak layak. Justru di situlah tekad diuji. Stoa bilang, manusia sejati bukan yang tak pernah gagal, tapi yang tetap tenang saat gagal. Sementara arete mengingatkan, kesempurnaan itu bukan tujuan akhir, tapi proses tanpa henti untuk mendekatinya.

Kini, saya tak lagi mendefinisikan diri dari trofi atau piala. Nilai seorang atlet tak diukur dari berapa kali naik podium, tapi dari berapa kali dia bangkit setelah terjatuh. Memang, bilah di tangan ini tak selalu membawa kemenangan. Tapi dari setiap kekalahan, saya dapatkan sesuatu yang lebih berharga: keberanian dan tekad untuk terus maju.


Halaman:

Komentar