Perjalanan Chico Aura Dwi Wardoyo di dunia bulu tangkis bisa dibilang tak biasa. Bayangkan, pemain kelahiran Jayapura, 15 Juni 1998 ini memulai segalanya dari lapangan beralaskan beton. Kini, dia bukan cuma berhasil menembus level dunia sebagai pemain tunggal putra pertama asal Papua, tapi juga memilih jalur profesional di luar Pelatnas PBSI.
Meski begitu, mimpi besarnya tetap sama: membawa nama Papua semakin dikenal di kancah internasional.
Dari Lapangan Beton ke Karpet Internasional
Chico mulai serius main bulu tangkis sejak kelas 3 SD. Ayahnyalah yang mengenalkannya pada olahraga ini, lalu mendaftarkannya di klub lokal di Papua. Namun, sebagai atlet dari ujung timur Indonesia, tantangan fasilitas jadi hal yang langsung dia rasakan. Bandingkan dengan kondisi di Pulau Jawa yang sudah jauh lebih maju.
"Pastinya ada perbedaan, pertama dari fasilitas. Ya kayak lapangan, kalau di sini sudah karpet, di sana masih beton. Jadi dulu terbiasa untuk latihan di lapangan beton,"
ungkap Chico dalam sebuah wawancara.
Justru latihan keras seminggu tiga kali di lapangan beton itulah yang membentuk mental dan fisiknya. Dia terinspirasi oleh pemain-pemain lokal di Jayapura yang tak kalah gigih. Perjuangan itu akhirnya berbuah. Namanya mulai mencuat di turnamen nasional semacam O2SN.
Pada 2013, keputusannya pindah ke klub PB Exist di Jakarta membuka jalan lebih lebar. Dua tahun kemudian, dia berhasil masuk Pelatnas PBSI. Prestasinya pun meroket. Puncaknya, dia menjuarai Malaysia Masters 2022 dan menjadi runner-up Indonesia Masters 2023.
Artikel Terkait
Malam Dramatis di Liga Champions: City Tersungkur, Chelsea Hajar Barcelona
Kedatangan Misterius Timur Kapadze Bikin PSSI Dikepung Tanda Tanya
Kontingen SEA Games Indonesia Tunggu Izin Prabowo untuk Berangkat Awal Desember
Persib Bawa Barba ke Singapura Meski Bek Andalan Masih Belum Fit