Platform Linknau dirancang sebagai penghimpun logistik yang mengintegrasikan Warehouse Management System (WMS) dan Transport Management System (TMS) dalam satu ekosistem digital terpadu. Melalui sistem ini, pelaku usaha logistik, UMKM, dan pengguna korporat dapat mengelola operasi pengiriman secara lebih efisien, terpusat, dan transparan.
Model bisnis ini diharapkan mampu memangkas biaya logistik Indonesia, yang selama ini menjadi salah satu faktor penyebab tingginya harga barang. "Digitalisasi logistik merupakan tulang punggung dari efisiensi ekonomi nasional. Jika biaya logistik bisa ditekan melalui teknologi, maka daya saing produk dalam negeri akan meningkat. Linknau sedang berperan dalam perubahan itu," tegas Bamsoet.
Bamsoet juga menyoroti data World Bank Logistics Performance Index 2023, di mana Indonesia berada di peringkat 61 dari 139 negara dengan skor 3,0. Data ini mencerminkan tantangan besar di sektor logistik nasional, terutama pada aspek efisiensi rantai pasok dan kecepatan distribusi barang.
"Startup seperti Linknau memiliki peran penting untuk mempercepat perbaikan di sektor ini. Melalui inovasi digital dan kemitraan strategis dengan pelaku industri, mereka dapat menciptakan rantai pasok yang lebih tangguh, adaptif, dan transparan," tandasnya.
Artikel Terkait
Kenaikan Tarif Transjakarta 2025: Gubernur Pastikan Masih Dikaji, Belum Final
DPR Potong Titik Reses dari 26 ke 22, Begini Dampaknya pada Anggaran
DPR Apresiasi Kinerja Kemensos: Anggaran & Capaian Nyata Penanganan Bencana 2024
Hakim Agam Syarief Baharudin Mohon Vonis Ringan, Sebut Diri Sapu Kotor dalam Kasus Suap Minyak Goreng