Untuk hari kedua berturut-turut, kawasan perbelanjaan di Teheran terlihat sepi. Banyak toko yang memilih menutup pintu mereka, sebuah protes bisu dari para pemiliknya yang sudah muak dengan kesulitan ekonomi yang tak kunjung membaik. Aksi ini memicu unjuk rasa yang berlangsung selama beberapa hari terakhir, di tengah anjloknya nilai mata uang Iran ke level yang benar-benar memprihatinkan.
Di pasar tidak resmi, Rial Iran terus merosot. Pada Minggu lalu, satu dolar AS ditukar dengan angka yang fantastis: sekitar 1,42 juta Rial. Bandingkan dengan setahun lalu, yang 'hanya' 820 ribu Rial. Penurunan yang drastis ini jelas mencekik kehidupan sehari-hari warga.
Suasana di ibu kota pun tegang. Menurut foto-foto yang dirilis kantor berita Fars, aparat terpaksa menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Media pemerintah itu menyebut terjadi "bentrokan kecil" antara demonstran dan pasukan keamanan. Namun begitu, pada Selasa pagi, suasana mulai berubah. Personel kepolisian antihuru-hara masih terlihat berjaga di sekitar alun-alun utama, meski beberapa toko dan kafe perlahan mulai buka kembali.
Dalam situasi genting ini, Presiden Masoud Pezeshkian akhirnya angkat bicara. Perlu diingat, dalam sistem politik Iran, otoritasnya jauh di bawah pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei. Lewat sebuah pernyataan di media sosial, dia menyampaikan seruan yang cukup mengejutkan.
Artikel Terkait
Bupati Aceh Utara: Sinyal Mati, Bencana Kami Tak Terlihat
Ledakan di SMAN 72: Pakar Soroti Ancaman Baru Ekstremisme Kanan
Malam Tahun Baru, Sudirman-Thamrin Berubah Jadi Panggung Warga
Dewan Pers Soroti Perubahan Polri: Dari Kritik Publik Hingga 300 Permintaan Ahli