Bahlil Lahadalia dan Generasi Baru Golkar: Dari Angkot ke Kursi Ketua Umum

- Selasa, 30 Desember 2025 | 16:35 WIB
Bahlil Lahadalia dan Generasi Baru Golkar: Dari Angkot ke Kursi Ketua Umum

Dampaknya bagi Golkar

Lantas, ke mana arahnya? Kehadiran generasi baru ini membawa beberapa implikasi nyata.

Pertama, demokrasi internal partai kemungkinan akan makin menguat. Ini tak cuma soal pergantian pimpinan di daerah, tapi juga dalam pengambilan keputusan strategis di tingkat pusat. Wajar saja, Bahlil dan kawan-kawannya tumbuh dalam iklim politik yang lebih demokratis pasca-Reformasi.

Kedua, soal kaderisasi dan regenerasi. Program ini dipastikan akan jadi prioritas. Kader adalah tulang punggung partai. Bahlil sendiri adalah hasil dari proses kaderisasi yang panjang, dari daerah hingga nasional. Pengalaman pribadinya itu membuat ia paham betul arti penting menyiapkan penerus.

Ketiga, peluang politik bagi kader baru akan terbuka lebih lebar. Terpilihnya Bahlil yang bukan dari keluarga politisi ternama adalah bukti bahwa jalannya tidak tersumbat. Ini memberi harapan besar bagi generasi muda Golkar. Semakin gigih mereka berproses di partai, semakin besar kesempatan yang bisa diraih. Bahlil membuka jalan itu.

Namun begitu, ada satu karakter khas Golkar yang tak akan hilang: kepemimpinan teknokratik. Hanya saja, di tangan generasi baru, sentuhannya akan berbeda. Teknokrasi itu akan diimbangi dengan keberpihakan pada rakyat. Setiap kebijakan, baik internal partai maupun di eksekutif dan legislatif, diharapkan berdasar pada meritokrasi plus rasa keadilan sosial.

Nilai keberpihakan itu sendiri bersumber dari pengalaman hidup Bahlil yang berasal dari kalangan bawah dan dunia aktivisme.

Pada akhirnya, perubahan di Golkar ini menandai sebuah pergeseran. Kepemimpinan tak lagi dipandang sebagai hak turun-temurun. Ia jadi hasil dari ketekunan, kemampuan, dan kesetiaan pada proses. Partai bisa kembali menjadi ruang pembentukan kader, bukan sekadar arena bagi pembagian kekuasaan.

Arah kebijakan yang diusung ingin menyatukan kecakapan teknis dengan kepekaan sosial. Kekuasaan ditempatkan sebagai sarana, bukan tujuan akhir. Keputusan diharapkan berpijak pada realita di masyarakat, bukan hanya pada kepentingan elite.

Dalam landscape politik kita yang kerap terasa beku, kehadiran figur seperti Bahlil memberi angin segar. Golkar sedang mencoba menyusun ulang orientasinya. Berusaha mencari relevansi baru, dan hadir lebih dekat dengan denyut nadi masyarakat.

Bahlil kini berdiri sebagai penunjuk arah. Bukan sebagai akhir dari suatu era lama, melainkan sebagai pembuka kemungkinan-kemungkinan baru. Politik yang lebih masuk akal, kekuasaan yang benar-benar bekerja, dan harapan yang perlahan menemukan tempatnya kembali.


Ilham Akbar Mustafa
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Angkatan Muda Partai Golkar


Halaman:

Komentar