Bagi Setyawan, pemandangan itu bukan sekadar soal selera. Dari kendaraan yang dipakai, ia merasa bisa menilai integritas seorang hakim. Alasannya sederhana: gaji dan tunjangan, sebesar apa pun, rasanya tak cukup untuk membiayai gaya hidup yang berlebihan.
"Bagi kami, itu sudah bagian bisa melihat integritas di situ," tegasnya.
Ia kemudian menjelaskan lebih lanjut, "Jadi karena nggak mungkin ya, meskipun tunjangan hakim itu cukup besar, tapi tidak, tidak akan menjadikan hakim itu kaya."
Pernyataannya ini seperti menyentuh titik nyeri yang sudah lama ada. Di satu sisi, hakim adalah profesi terhormat dengan penghasilan yang telah diatur. Di sisi lain, kemewahan yang terpampang nyata di tempat kerja kerap menimbulkan tanda tanya besar. Ruang parkir, yang seharusnya hanya tempat singgah kendaraan, tiba-tiba menjadi cermin yang memantulkan lebih dari sekadar bayangan.
Artikel Terkait
Kotak Hitam Ditemukan, Reruntuhan Jet Pribadi Jenderal Libya Ditemukan di Ankara
Pertamina Siapkan Serambi dan Layanan Antar BBM untuk Antisipasi Mogok Saat Mudik Nataru
Tersangka Ancaman Bom di Depok Klaim Akunnya Diretas
Di Balik Doa untuk Sumatera, Gus Ipul Dengar Kisah Haru Anak-anak Sekolah Rakyat