Dia melanjutkan dengan semangat. "Lah kalau nggak ada alarm, ya kenapa nggak bikin aja sendiri, itu kan hanya signal, tanda bahaya, SOS."
Inspirasi ini dia dapatkan dari pengalaman langsung di Jepang. Negeri itu, menurutnya, sudah punya sistem peringatan yang sangat mapan. Megawati bercerita saat sedang makan di restoran Hoka-Hoka Bento, tiba-tiba sirene pertama berbunyi.
"Kalau di Jepang dibuat sirene, sirene pertama saya itu pernah ngalami. Lagi makan Hoka-Hoka Bento sama anak-anak, tau-tau kok bunyi sirene pertama. Nah, saya padahal sudah dibilangi teman saya orang Jepang. Kalau ada sirene itu kita mau nggak mau, harus segera pergi," ucapnya.
Momen itu berkesan. Alarm kedua yang berbunyi nyaring membuatnya spontan berdiri, siap menyelamatkan diri.
"Yang harus kita tunggu yang kedua. Yang kedua bunyi nguing, nguing, nguing, nguing, nguing, nguing, nguing, nguing, nguing," kenangnya, menirukan suara sirene yang khas.
Lalu dia menghela napas. "Fukusima itu luar biasa, saya bilang, kapan Indonesia bisa gini?"
Pertanyaan itu menggantung. Namun begitu, lewat kentongan dan kearifan lokal, Mega seolah memberi titik terang. Sebuah cara sederhana yang bisa segera diwujudkan, tanpa perlu menunggu sirene canggih.
Artikel Terkait
Yamaha Rev Festival 2025: Seru-seruan di SPARK untuk Galang Dana Korban Bencana
Wamen Ribka Haluk Soroti Tata Kelola Otsus Papua Jelang Indonesia Emas 2045
Brimob Siap Jadi Ujung Tombak Pengamanan Nataru di Ibu Kota
Ular Sanca Gegerkan Rumah Roy Marten, Damkar Sigap Evakuasi