Ada satu fakta menarik lainnya. Lebih dari 72 persen pelakunya di dunia adalah perempuan. "Artinya, sektor ini juga berperan besar dalam pemberdayaan ekonomi keluarga," kata Bamsoet. Ia menekankan, industri ini sering dianggap sepele, padahal dampaknya luas sekali.
Kekuatan utamanya memang terletak pada daya serap tenaga kerja. Ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga pelaku usaha mikro bisa masuk dengan mudah. Prosedurnya tidak berbelit. Selain dapat penghasilan, mereka juga mendapat pengalaman berharga soal kewirausahaan mulai dari cara memasarkan produk, berkomunikasi, hingga mengelola jaringan.
Namun begitu, Bamsoet mengingatkan. Potensi besar ini harus diimbangi dengan tata kelola yang sehat. Pertumbuhan industri, katanya, jangan hanya dilihat dari jumlah mitra yang bertambah. Yang lebih penting adalah kuatnya penjualan produk nyata dan kepuasan konsumen yang terjaga.
Lalu, bagaimana masa depannya? Menurut politisi Golkar ini, ada tiga hal kunci: inovasi, kepercayaan, dan pertumbuhan berkelanjutan. Inovasi dibutuhkan agar bisa bersaing di era digital. Kepercayaan adalah fondasi agar masyarakat mau terlibat. Sementara pertumbuhan berkelanjutan memastikan manfaatnya dirasakan banyak pihak, bukan hanya segelintir orang.
"Jika dikelola dengan benar, direct selling bisa menjadi salah satu pilar ekonomi inklusif Indonesia," pungkasnya. Bukan sekadar sarana jualan, tapi wadah pemberdayaan yang riil di tengah tantangan global.
Acara malam itu juga dihadiri sejumlah pejabat dan pengurus asosiasi. Di antaranya Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Iqbal Soffan Shofwan, Direktur Bina Usaha Perdagangan Septo Soepriyatno, serta Ketum APLI Andam Dewi dan Sekjen APLI Ina Rachman.
Artikel Terkait
Prabowo Tegaskan Larangan Tebang Hutan, Polhut Diminta Diperkuat
Bendera Berkibar Setengah Tiang, Australia Berkabung Usai Teror di Bondi
Hanukkah Berdarah di Bondi: Trump dan Albanese Kutuk Serangan Teroris Anti-Semit
Hanukkah Berdarah di Bondi: Tembakan Bubarkan Sukacita, 11 Nyawa Melayang