Di tengah bayang-bayang perlambatan ekonomi global, industri penjualan langsung justru dipandang punya peluang besar. Bahkan, bisa jadi penopang penting bagi perekonomian nasional. Pandangan ini disampaikan Bambang Soesatyo, atau yang akrab disapa Bamsoet, dalam acara APLI Awards 2025 di Jakarta, Sabtu malam kemarin.
Menurutnya, model usaha ini relatif lebih adaptif. Sementara banyak sektor formal tertekan, penjualan langsung justru tetap bergerak. Fleksibilitas waktu dan modal yang tak terlalu besar jadi keunggulannya. Kemampuan menjangkau konsumen secara personal juga menjadi nilai lebih.
"Direct selling memberi peluang bagi masyarakat untuk tetap produktif dan memperoleh penghasilan tanpa terikat jam kerja kaku," ujar Bamsoet.
Ia melanjutkan, "Di saat lapangan kerja formal menyempit, direct selling hadir sebagai alternatif nyata. Jutaan orang bisa tetap bergerak, tetap berpenghasilan, dan tetap berkontribusi pada ekonomi."
Angka-angka yang ia paparkan cukup mencengangkan. Data Kementerian Perdagangan menyebut, industri ini melibatkan sekitar 5,3 juta mitra usaha di tanah air. Kontribusinya terhadap penerimaan negara? Lebih dari Rp 16 triliun. Tak main-main.
Kalau melihat peta global, skalanya lebih besar lagi. World Federation of Direct Selling Associations mencatat nilai penjualan langsung dunia tahun lalu mencapai sekitar 164 miliar dolar AS. Jumlah distributor independennya melampaui 104 juta orang.
Artikel Terkait
Prabowo Tegaskan Larangan Tebang Hutan, Polhut Diminta Diperkuat
Bendera Berkibar Setengah Tiang, Australia Berkabung Usai Teror di Bondi
Hanukkah Berdarah di Bondi: Trump dan Albanese Kutuk Serangan Teroris Anti-Semit
Hanukkah Berdarah di Bondi: Tembakan Bubarkan Sukacita, 11 Nyawa Melayang