Setahun Tertahan di Pinggir Sungai, Udin Kembali Melangkah ke Sekolah Gratis

- Minggu, 14 Desember 2025 | 13:35 WIB
Setahun Tertahan di Pinggir Sungai, Udin Kembali Melangkah ke Sekolah Gratis

Di tepian Sungai Kuin, Banjarmasin, ada sebuah rumah semi permanen. Lantainya dari potongan kayu yang sudah mulai lapuk, ruangannya sempit, tanpa kursi atau sofa. Di sanalah Udin, atau Saifudin, tinggal bersama keluarganya. Selama setahun, setelah lulus SMP, mimpi untuk melanjutkan sekolahnya seperti terhalang tembok tebal: keterbatasan biaya.

Kondisi ekonomi keluarganya memang tak mudah. Ayahnya, Mansyah, mencari nafkah sebagai kuli bangunan. Sementara ibunya, Laila, bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Untuk membantu, Udin pun ikut bekerja serabutan. Mulai dari menjaga warung kelontong sampai angkat material di proyek bangunan bersama sang ayah. Tapi di tengah semua itu, satu cita-citanya tak pernah padam: ingin menjadi tentara.

"Alasannya, karena ingin membela bangsa dan negeri," tuturnya.

Namun begitu, kesabaran itu akhirnya berbuah. Sejak pertengahan Juli 2025, sebuah program bernama Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) hadir di Banjarbaru. Sekolah gratis untuk jenjang menengah pertama dan atas ini khusus diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Dari pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Mansyah mendengar kabar baik itu. Ia lantas menawarkan pada anaknya.

"Anaknya mau, orang tua tinggal menggiring atau mendukung saja. Apalagi Sekolah Rakyat ini aman karena mereka tinggal di asrama. Alhamdulillah, nyaman di sana," jelas Mansyah.

Udin tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Kini, ia tercatat sebagai salah satu dari 75 siswa di SRT 9 Banjarbaru. Semangatnya yang sempat redup kembali menyala. Dalam sebuah keterangan tertulis, rasa syukur itu ia utarakan.

"Terima kasih Pak Prabowo sudah mendirikan Sekolah Rakyat. Sekarang saya bisa melanjutkan sekolah setelah tertunda selama satu tahun. Dan saya juga berterima kasih karena sudah diberikan fasilitas yang lengkap," ujarnya.


Halaman:

Komentar