Fasilitas yang ia maksud cukup komplet. Setiap siswa dapat kasur, kamar mandi bersih, seragam, makan tiga kali sehari, bahkan ruang gym. Sekolah yang berlokasi di kawasan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Banjarmasin itu benar-benar menjadi tempat baru yang memberinya harapan. Di sana, ia juga mendapat banyak teman dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan.
Kehidupan di rumah kontras sekali dengan asrama. Kamar mandi di rumahnya berdinding seng, sanitasi seadanya. Air sungai berwarna cokelat jadi penopang untuk mandi, mencuci, bahkan minum. Mengingat perjuangan orang tuanya yang tak kenal lelah, Udin kerap tak kuasa menahan haru.
Ia berjanji akan belajar sungguh-sungguh. Untuk membanggakan keluarga, dan tentu, menggapai mimpinya.
"Saya menerima keadaan keluarga saya dengan cara terus hidup, belajar, menggapai cita-cita supaya bisa mengangkat derajat keluarga," ucapnya penuh keyakinan.
Sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, pesan untuk orang tuanya sederhana namun penuh makna.
"Untuk keluarga, ibu dan ayah, sehat-sehat terus, terus semangat. Terima kasih telah menjaga saya dari kecil sampai sekarang. Terima kasih sudah mendukung saya untuk mengejar cita-cita saya jadi tentara."
Kini, di SRT 9 Banjarbaru, langkah Udin terasa lebih mantap. Setahun yang terhenti telah berlalu. Sebuah harapan baru, yang bernama Sekolah Rakyat, telah memberinya jalan untuk kembali menimba ilmu dan melangkah menuju cita-citanya.
Artikel Terkait
Malam Mencekam di Kampus Brown: Dua Tewas, Delapan Kritis dalam Penembakan
Prabowo Tegaskan Larangan Tebang Hutan, Polhut Diminta Diperkuat
Bendera Berkibar Setengah Tiang, Australia Berkabung Usai Teror di Bondi
Hanukkah Berdarah di Bondi: Trump dan Albanese Kutuk Serangan Teroris Anti-Semit