Menurut kantor berita pemerintah Suriah, SANA, yang mengutip sumber keamanan, beberapa tentara AS dan dua anggota militer Suriah mengalami luka-luka. Mereka saat itu sedang melakukan semacam tur lapangan bersama di Palmyra – kota bersejarah yang dulu pernah dikuasai ISIS.
Nama Palmyra sendiri menyimpan kenangan pahit. Banyak reruntuhan ikoniknya, yang berstatus Situs Warisan Dunia UNESCO, hancur lebur saat ISIS berkuasa di sana sekitar sepuluh tahun yang lalu.
Seorang pejabat militer Suriah yang enggan disebut namanya punya cerita sedikit berbeda. Ia menyebut tembakan meletus justru di tengah pertemuan antara perwira Suriah dan Amerika, di dalam sebuah pangkalan militer Suriah di Palmyra. Seorang saksi mata mendukung hal ini, mengaku mendengar suara tembakan berasal dari dalam kompleks pangkalan tersebut.
Di sisi lain, pihak Suriah merasa sudah mengingatkan. Dalam wawancara televisi, juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Anwar al-Baba, mengungkapkan adanya peringatan dini dari komando keamanan mereka untuk pasukan sekutu.
"Pasukan koalisi internasional tidak mempertimbangkan peringatan Suriah tentang kemungkinan penyusupan ISIS," ujarnya, menyiratkan kekecewaan.
Untuk menangani korban, aksi evakuasi pun dilakukan. SANA melaporkan, helikopter diterbangkan untuk membawa yang terluka ke pangkalan Al-Tanf di selatan. Basis itu memang menjadi salah satu pos penting pasukan AS dalam koalisi global melawan ISIS.
Namun begitu, suasana di gurun Suriah tengah kini jelas mencekam. Satu penembak tunggal berhasil menciptakan korban dan meninggalkan pertanyaan besar tentang keamanan di wilayah yang masih rawan itu.
Artikel Terkait
Solidaritas Tangerang: Konser Amal Kumpulkan Rp 822 Juta untuk Korban Bencana
Kepanikan Melanda Bondi, 10 Tewas dalam Rentetan Tembakan
Pamor Persada Rayakan Seperempat Abad dengan Bakti Sosial
Banteng Jatim Taklukkan Bali, Rebut Soekarno Cup 2025