Namun begitu, inovasi Pemprov DKI tak cuma soal diskon. Pramono juga bercerita tentang masa sulit ketika dana bagi hasil Jakarta dipangkas drastis, nyaris Rp 15 triliun hilang. Situasi itu memaksa mereka berpikir kreatif.
"Apa yang kita lakukan? Melakukan yang disebut dengan creative financing," tuturnya.
Intinya, kata dia, adalah menjaga kualitas pembangunan tanpa membebani anggaran. Caranya? Membuka ruang seluas-luasnya untuk kolaborasi dengan swasta. Satu contoh nyata ada di halte-halte bus koridor Sudirman-Thamrin.
"Kenapa ada namanya? Bayar. Termasuk semuanya kita lakukan di mana saja," ungkap Pramono tentang kerja sama naming right tersebut.
Jadi, dari diskon besar-besaran hingga pembiayaan kreatif, pemprov berusaha mencari celah di tengah keterbatasan. Semua demi Jakarta, katanya, yang tetap harus bergerak maju.
Artikel Terkait
Video Lama Ungkap Calon Kepala Mossad Terlibat Baku Tembak Sendirian di Hari Serangan 7 Oktober
Helikopter Wakapolda Riau Ungkap Tumpukan Kayu Ilegal di Hutan Indragiri
Keluarga di Manokwari Diduga Bunuh ART yang Hendak Mengundurkan Diri
Bripka Erwin: Dari Pulau Terpencil, Lahirkan Nelayan Mandiri dan Ekonomi Berdikari