Ketika Alam Sakit, Ekonomi pun Ambruk: Refleksi Pasca Banjir Bandang Sumatra

- Selasa, 09 Desember 2025 | 10:45 WIB
Ketika Alam Sakit, Ekonomi pun Ambruk: Refleksi Pasca Banjir Bandang Sumatra

Peluang besar lainnya ada di ekonomi hijau. Ini bukan lagi wacana, tapi kebutuhan. Ekowisata, pertanian organik, transisi energi, hingga perdagangan karbon semua ini sektor masa depan. Hutan yang sehat punya nilai karbon tinggi. Sungai yang bersih bisa jadi destinasi wisata. Udara bersih malah akan menarik investasi dan talenta terbaik.

Yang menggembirakan, modal sosial kita kuat. Generasi muda sekarang sangat aktif. Mereka berkampanye di media sosial, edukasi ke publik, turun langsung menanam pohon. Bagi mereka, isu lingkungan adalah bagian dari identitas. Energi positif ini harus disalurkan dengan baik, diberi ruang partisipasi yang lebih luas.

Jadi, kutipan McPherson tadi bukan sekadar sindiran. Ia undangan untuk merenung. Logika alam tak peduli dengan angka pertumbuhan ekonomi atau besaran APBD. Tanah longsor, banjir bandang, udara tercemar semua itu tak bisa dinegosiasikan di rapat anggaran.

Kita harus mulai melihat lingkungan sebagai penyelamat. Menjaga hutan sama dengan menjaga pasokan air untuk pertanian dan industri. Merawat sungai berarti menjamin pangan dan kesehatan masyarakat. Semua bermuara pada satu hal: tanpa lingkungan yang sehat, mustahil ekonomi bisa bertahan, apalagi tumbuh.

Indonesia sebenarnya punya semua modal. Hutan tropis terbesar ketiga di dunia, keanekaragaman hayati luar biasa, dan semangat gotong royong yang masih kental. Yang kita perlukan sekarang adalah keberanian untuk mengubah haluan. Letakkan lingkungan sebagai fondasi, bukan pelengkap.

Percayalah, ketika lingkungan dipulihkan, ekonomi akan mengikut. Dan masyarakat pun akan lebih sejahtera. Bencana yang hari ini viral, semoga bisa menjadi titik balik. Kita pernah tersandung, lalu bangkit dengan cara yang lebih bijak.

Karena pada akhirnya, lingkungan bukan musuh ekonomi. Ia adalah nafas yang membuat ekonomi itu hidup.


Andi Setyo Pambudi. Alumni Teknik Pengairan Universitas Brawijaya, Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia dan saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral untuk program studi Manajemen Berkelanjutan di Perbanas Institute.


Halaman:

Komentar