“Hasil tangkapan ikan bisa langsung disimpan di cold storage. Kopdes juga bisa menyediakan solar dan es batu untuk keperluan melaut,” kata Ferry.
Visinya jauh ke depan. Ferry menyebut Indonesia akan segera memiliki jaringan lebih dari 80 ribu gerai sembako yang dikelola secara modern. Barang-barangnya tak hanya dari swasta atau BUMN, tapi lambat laun didorong untuk diproduksi sendiri oleh koperasi dan masyarakat. “Sudah waktunya,” serunya, “Indonesia kembali menjadi bangsa produsen.”
Dampaknya diharapkan berantai. Munculnya industri kecil ini akan membuka lapangan kerja yang luas. Ferry menegaskan hal ini sejalan dengan keinginan Presiden Prabowo Subianto.
“Presiden menginginkan ekonomi rakyat kembali berdaulat, dan itu akan diwujudkan melalui koperasi,” tegasnya.
Secara garis besar, Ferry menjabarkan tiga fungsi inti Kopdes Merah Putih. Pertama, tentu saja sebagai penyalur kebutuhan pokok sehari-hari dengan harga yang stabil.
Kedua, berperan sebagai offtaker atau penampung hasil produk masyarakat desa. Mulai dari tanaman pangan, hortikultura, hingga hasil peternakan dan perikanan. Ini yang diharapkan bisa menaikkan harga jual petani.
Dan ketiga, kopdes akan menjadi ujung tombak efektivitas program pemerintah. Mulai dari penyaluran bansos, BLT, bantuan pangan non-tunai, hingga barang-barang bersubsidi seperti pupuk, elpiji 3 kg, dan minyak goreng. Semuanya diharapkan bisa tersalurkan tepat sasaran lewat simpul yang satu ini.
Artikel Terkait
Lestari Moerdijat Soroti UAS di Daerah Bencana: Jangan Ada Cacat Empati Institusional
Ketua Komisi I Usulkan Pembentukan Kementerian Khusus Tangani Bencana
Malam Apresiasi BUDAYA GO! 2025: Teknologi Diharapkan Jadi Katalis, Bukan Pengganti Budaya
BMKG Waspadai Gelombang Banjir Rob Menjelang Nataru