Di tengah hiruk-pikuk Jakarta, Menteri Koperasi Ferry Juliantono berbicara blak-blakan soal ekonomi kerakyatan. Intinya sederhana: rantai pasok yang berbelit dan mahal harus diputus. Itulah misi utama dari program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, atau yang biasa disebut Kopdes Merah Putih. Dengan terobosan ini, nilai tambah diharapkan tak lagi menguap di tangan para tengkulak, melainkan kembali mengalir ke petani, nelayan, dan warga desa.
“Kami menghadirkan Koperasi Hub dan Kopdes Merah Putih sebagai simpul penghubung,” ujar Ferry dalam sebuah keterangan tertulis, Senin (8/12/2025).
“Distribusi jadi lebih efisien, harga lebih terjangkau. Pada akhirnya, kesejahteraan pelaku usaha rakyat pun bisa meningkat,” tambahnya.
Pernyataan itu disampaikannya dalam BIG Conference yang mengusung tema membangun ekonomi kerakyatan. Menurut Ferry, kopdes ini bukan sekadar warung sembako biasa. Ia dirancang sebagai alat strategis untuk membangun kemandirian, terutama di sektor pangan dan energi.
Lalu, seperti apa konsep kedaulatan yang dimaksud?
“Kedaulatan pangan itu impornya dikurangi. Semua barang harus dari sumber daya alam kita sendiri, diproses kita sendiri, dibiayai kita sendiri. Itulah makna sebenarnya,” ungkapnya tegas.
Ia punya gambaran yang cukup detail. Kehadiran Kopdes Merah Putih diharapkan bisa memicu industri pasca panen. Hasil bumi tak lagi sekadar dijual mentah. Di sana, gabah atau komoditas lain bisa dikeringkan dengan alat dryer. Buah-buahan dan produk segar lainnya juga akan ditangani lebih profesional dengan fasilitas cold storage agar kualitasnya terjaga.
Bahkan untuk para nelayan, kopdes ini bisa jadi penyelamat.
Artikel Terkait
Lestari Moerdijat Soroti UAS di Daerah Bencana: Jangan Ada Cacat Empati Institusional
Ketua Komisi I Usulkan Pembentukan Kementerian Khusus Tangani Bencana
Malam Apresiasi BUDAYA GO! 2025: Teknologi Diharapkan Jadi Katalis, Bukan Pengganti Budaya
BMKG Waspadai Gelombang Banjir Rob Menjelang Nataru