Baru beberapa hari sebelumnya, Qatar dan Mesir bahkan sudah bersuara lantang. Mereka menyerukan penarikan pasukan Israel dari Gaza dan mendesak dikerahkan pasukan stabilisasi internasional. Tujuannya satu: agar perjanjian damai yang rentan itu bisa benar-benar dijalankan.
Lalu, dibahas apa dalam pertemuan tiga negara tadi? Fokus utamanya, menurut Axios, adalah soal "implementasi perjanjian damai Gaza". Intinya, bagaimana kesepakatan yang sudah ada itu bisa direalisasikan di lapangan.
Pertemuan ini tentu punya latar belakang yang pelik. Kita ingat, pada 9 September lalu, Israel melancarkan serangan di Doha. Targetnya adalah Khalil al-Hayra, negosiator utama Hamas. Tapi operasi itu gagal total. Al-Hayra selamat, sementara enam orang lain justru tewas. Serangan itu memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Presiden AS Donald Trump.
Akibat tekanan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya menelepon pemimpin Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani. Panggilan itu dilakukan dari Gedung Putih, dan seperti dilaporkan Axios, atas desakan Trump sendiri. Isinya? Permintaan maaf atas serangan yang gagal itu.
Jadi, pertemuan di New York ini bukan sekadar agenda rutin. Ia adalah babak baru yang rumit, di tengah upaya mempertahankan perdamaian yang masih sangat rentan.
Artikel Terkait
Inklusiland: Ribuan Penyandang Disabilitas Rayakan Keberagaman di ICE BSD
Video Bocor: Assad Mengejek Putin di Mobil, Kini Justru Berlindung di Moskow
Dua Pembalap Liar Diamankan Usai Patroli Dini Hari Bubarkan Kerumunan di Jalan Ahmad Yani
Karung Pasir Darurat, Pemerintah DKI Janjikan Perbaikan Permanen Tanggul Laut