Secara total, nilai bantuan untuk Aceh saja mencapai Rp 22,6 miliar, didukung oleh 191 relawan Tagana. Tantangan terbesarnya adalah akses. Banyak wilayah yang terisolasi parah. Namun begitu, tim berhasil membuka akses ke Aceh Timur lewat jalur laut pada 2 Desember lalu. Setelah itu, bantuan seperti sembako dan perangkat komunikasi Starlink mulai masuk. Akses ke Aceh Utara dan Aceh Tamiang berhasil dibuka lebih dulu, pada akhir November dan awal Desember. Sementara daerah seperti Aceh Tengah dan Bener Meriah baru bisa dijangkau pada 7 Desember, setelah situasi keamanan di Bandara Rembulan dipastikan kondusif.
Di Sumatera Utara, situasinya juga memprihatinkan. Ada sekitar 34 ribu pengungsi, dengan korban meninggal 329 jiwa dan 647 orang terluka. Delapan dapur umum beroperasi di provinsi ini, tersebar di Langkat, Mandailing Natal, Sibolga, dan Tapanuli Tengah, dengan produksi harian hampir 23 ribu bungkus. Bantuan logistik yang dikirim termasuk puluhan ribu makanan siap saji, ribuan paket makanan anak, serta beras. Sebanyak 270 Tagana dikerahkan di sini, dengan total nilai bantuan mencapai Rp 26,7 miliar.
Wilayah seperti Langkat semula sangat sulit dijangkau. Tapi pada 28 November lalu, tim akhirnya bisa masuk dan segera mendirikan Posko Pengungsian Terpadu. Di hari yang sama, tim juga berhasil mencapai Tapanuli Tengah dan Sibolga untuk melakukan penilaian awal dan menyalurkan bantuan pertama.
Sementara itu, di Sumatera Barat, tercatat 13,7 ribu warga mengungsi. Korban jiwa di provinsi ini sebanyak 228 orang, dengan 112 lainnya terluka. Meski jumlah pengungsinya relatif lebih sedikit, kapasitas dapur umumnya justru paling tinggi. Sepuluh unit dapur yang beroperasi di Pasaman Barat, Padang Pariaman, Agam, dan sejumlah daerah lain mampu menghasilkan lebih dari 285 ribu bungkus makanan per hari angka yang fantastis. Bantuan logistik lainnya seperti makanan siap saji, kasur, dan family kit juga terus mengalir. Total bantuan untuk Sumbar bernilai Rp 17,3 miliar, didukung oleh 187 personel Tagana.
Untuk menjangkau titik-titik paling terpencil, Kemensos tidak bekerja sendiri. Mereka menggandeng TNI AL, pemerintah daerah, dan jejaring logistik nasional. Fokusnya jelas: memenuhi kebutuhan dasar, membuka akses yang terputus, dan memberikan layanan darurat secepat mungkin.
Secara keseluruhan, upaya tanggap darurat ini memang masif. Anggaran Rp 66,7 miliar yang dikucurkan untuk tiga provinsi utama telah diwujudkan dalam bentuk puluhan dapur umum, ratusan ton beras, dan pengerahan hampir 650 relawan. Di balik angka-angka statistik itu, yang paling menyentuh adalah data kemanusiaan: hampir 800 ribu pengungsi, nyaris seribu nyawa melayang, dan ribuan lainnya luka baik secara fisik maupun batin. Perjalanan pemulihan masih panjang, tetapi bantuan setidaknya telah mulai menyentuh mereka yang paling membutuhkan.
Artikel Terkait
KPK Pasang Mata di Tengah Arus Bantuan untuk Korban Bencana Sumatera
Raja Juli Antoni Segel Tiga Lokasi Lagi, Tuding Terkait Banjir Sumatera
Target 22 Medali, Kontingen Muda Difabel Indonesia Siap Sabet Emas di Dubai
Gempa dan Banjir Bandang: 950 Tewas, Ratusan Ribu Mengungsi di Sumatera