"Itu yang menjadi tujuan utama dibukanya perbatasan Rafah. Bukan justru untuk mengusir warga Gaza keluar dari wilayahnya agar kemudian wilayah tersebut dikuasai oleh Israel," tuturnya.
Di mata HNW, delapan negara tadi punya posisi tawar yang kuat. Mereka bisa menjadi penyeimbang dalam proses perdamaian di Gaza. Tanpa keterlibatan mereka, proposal dari AS sulit diharapkan berjalan dengan baik.
"Perdamaian di Jalur Gaza bukan hanya karena peran dari Amerika Serikat, tetapi juga ada peran penting dari delapan negara tersebut. Dan itu pun diakui oleh Presiden AS Donald Trump," jelasnya.
"Sehingga, delapan negara ini juga perlu memastikan bahwa perjanjian perdamaian tidak bergeser ke arah yang salah dengan pengusiran warga Palestina dan terus membiarkan Israel melakukan pelanggaran terhadap proposal perdamaian, karena jelas akan menjadi kontraproduktif dari upaya mewujudkan perdamaian dan keadilan dengan terlaksananya prinsip 'two state solution' yang juga menjadi salah satu Resolusi PBB."
Ia mengingatkan, skenario pengusiran terselubung ini adalah alarm bahaya. Dunia internasional harus waspada. Diperlukan konsolidasi diplomasi yang solid, terutama antara Indonesia dan negara-negara yang punya kepedulian sama, untuk mematahkan strategi Israel.
"Oleh karena itu, Saya mendukung sikap Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sugiono untuk terus bekerja sama maksimal, bahu membahu dengan Menlu dari negara-negara sahabat tersebut," pungkas HNW.
"Tujuannya, memastikan hal-hal kontraproduktif yang melanggengkan pelanggaran perdamaian seperti manuver pengusiran Israel bisa dihentikan. Agar hutang Indonesia terhadap Palestina, berupa hadirnya negara merdeka dan berdaulat, segera terbayar lunas."
Artikel Terkait
Prabowo Perintahkan Kerahkan Dokter Magang dan Koas ke Daerah Bencana
Gelombang Hitam dan 900 Nyawa: Kisah Pilu di Balik Banjir Bandang Sumatra
Prabowo Tegur Bupati yang Pergi Umrah Saat Daerahnya Dilanda Bencana
Anies Soroti Krisis Kepercayaan Publik: Ruang Kosong Itu Kini Diisi Warga Biaya