Diplomasi Transaksional Trump Picu Gelombang Kecemasan di Tokyo dan Seoul

- Jumat, 05 Desember 2025 | 13:20 WIB
Diplomasi Transaksional Trump Picu Gelombang Kecemasan di Tokyo dan Seoul

Kekhawatiran yang mengintai adalah terbentuknya 'G-2' antara AS dan Cina, yang akan mendepak Jepang dan Korea Selatan punya ketakutan serupa. Ironisnya, kedua negara ini sudah membuka kocek lebar-lebar. Jepang berkomitmen investasi 550 miliar dolar AS, sementara Korea Selatan menyusul dengan 350 miliar dolar tunai plus 150 miliar dolar untuk kerja sama pembangunan kapal.

"Tentu itu tidak adil dan tentu saja banyak yang tidak senang, tetapi kami juga sadar bahwa Korea Selatan sangat bergantung pada AS," kata Lim Eun-jung, profesor studi internasional di Kongju National University.

Dia menyebut Presiden Lee Jae-myung, meski berasal dari partai kiri, adalah seorang "pragmatis" dalam urusan aliansi.

Ketakutan akan Penarikan Pasukan

Kewaspadaan Korea Selatan meningkat seiring agresi Cina di kawasan, seperti masuknya kapal-kapal Beijing ke perairan sengketa di Laut Kuning. Polanya mirip dengan langkah Cina di Laut Cina Selatan satu dekade lalu.

Lim mengatakan Seoul tidak yakin seberapa perhatian Washington terhadap sengketa ini, atau apakah AS akan membantu jika pelanggaran wilayah oleh Cina makin menjadi.

"Kami juga khawatir terhadap kemungkinan skenario penarikan, yakni pengurangan pasukan AS di Korea Selatan sebagai bagian dari pendekatan transaksional Trump dalam hubungan internasional," ujarnya.

Memang, di periode kedua ini Trump belum mengancam menarik pasukan. Tapi tekanan soal biaya pangkalan pernah jadi alat tawarnya dulu, dan bisa muncul lagi kapan saja.

Jepang pun tak beda. Takaichi mungkin berusaha meredam tekanan dengan menaikkan anggaran pertahanan menjadi 2% PDB pada 2026. Langkah itu mungkin belum memuaskan Trump, tapi setidaknya dianggap bergerak ke arah yang benar. Meski begitu, belum jelas apakah itu cukup.

Dalam sebuah wawancara, Trump ditanya apakah Cina adalah "teman" AS.

"Banyak sekutu kami juga bukan teman kami," jawabnya. "Cina telah memanfaatkan kami dengan sangat besar...para sekutu kami bahkan lebih banyak memanfaatkan kami dalam perdagangan dibandingkan Cina."

Pernyataan itu, singkat dan pedas, mungkin menjadi penjelasan terbaik mengapa kecemasan di Tokyo dan Seoul tak kunjung reda.


Halaman:

Komentar