Banjir bandang yang tiba-tiba menerjang Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, nyaris merenggut nyawa. Tapi yang terjadi kemudian adalah sebuah kisah bertahan hidup yang luar biasa. Lima puluh warga terpaksa menghabiskan dua hari penuh di dalam hutan, terisolasi tanpa bantuan logistik sama sekali.
Mereka mulai terjebak sejak Selasa, 25 November. Baru pada Kamis, 27 November, mereka berhasil keluar dengan upaya sendiri. Rentang waktu yang terasa sangat panjang bagi mereka yang bergantung pada alam untuk sekadar bertahan.
Rosmawati Zebua masih tercekam ketika menceritakan kondisi adiknya, salah satu dari puluhan korban yang terperangkap itu. Suaranya berat.
"Kalau dari saat kejadian (Selasa) sampai besoknya (hari Rabu) nggak makan sama sekali," ujar Rosmawati.
Bayangkan saja. Seharian penuh tanpa sesuap nasi. Di hari kedua, rasa lapar sudah tak tertahankan lagi. Mereka pun mulai mencari-cari apa saja yang bisa dimakan di sekeliling hutan yang basah itu.
Artikel Terkait
Kemenkes Banjiri Pengungsian Aceh dengan Logistik Medis dan Tenaga Kesehatan
Petir Tewaskan Empat Petani yang Berteduh di Gubuk Sawah Serang
Jalur Darat Mulai Terbuka, Bantuan Logistik Segera Dikirim ke Aceh Tamiang
DPR Desak Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional untuk Aceh dan Sumatera