Keesokan harinya, sekitar pukul 11.00 Wita, seorang staf resepsionis lain yang bernama Eka merasa heran. Deqingzhuoga belum juga melakukan check-out. Setelah berulang kali mengetuk tanpa jawaban, Eka memberanikan diri membuka pintu kamar. Pemandangan yang ia lihat membuatnya kaget: tubuh Deqingzhuoga terbaring tengkurap di lantai, tak bergerak.
Polisi yang datang tak lama kemudian menemukan korban dalam posisi tengkurap, kepala menghadap utara dan kaki ke selatan. Di dekat tempat tidur, masih terlihat bekas muntahan di dalam tempat sampah. Pencarian lebih lanjut menemukan sejumlah obat dalam tas korban. Mulai dari Lorano Akut, ibuhexal akut, paracetamol, hingga Amoxicillin 500 dan beberapa jenis obat lainnya seperti Siderm Lotion dan Prednisolone 5 mg. Di ransel hitamnya, masih ada Vicee 500, Fenbid kapsul, serta dua bungkus obat lain.
"Sebab pasti kematian tentu tidak bisa ditentukan begitu saja," jelas Ayu, mencoba memberikan penjelasan yang hati-hati. "Akan tetapi, kemungkinan kematian akibat iritasi saluran pencernaan yang memicu diare parah hingga menyebabkan dehidrasi dan kekurangan elektrolit, tidak bisa kita kesampingkan."
Yang mengkhawatirkan, kasus ini ternyata bukan cuma menimpa Deqingzhuoga. Ada enam turis lain yang dilaporkan mengalami gejala serupa dan harus dilarikan ke klinik maupun rumah sakit. Mereka berasal dari berbagai negara: dua dari China, dua dari Jerman, satu dari Saudi Arabia, dan satu warga Filipina. Menurut Ayu, para tamu yang sakit itu menempati kamar yang sama dengan korban dan juga kamar nomor 5 di hostel tersebut.
Artikel Terkait
Polri Petakan Titik Rawan Kecelakaan, 69 Tewas dalam Empat Hari Operasi Zebra
Kejagung Buka Dua Penyidikan Terpisah untuk Kasus Korupsi Petral
Kejagung Periksa 40 Saksi untuk Ungkap Korupsi Ekspor Limbah Sawit
Detikcom Awards 2025 Siap Gelar Malam Apresiasi untuk Para Perajut Prestasi