Para tentara mengkonfirmasi penggunaan rutin warga sipil Palestina sebagai perisai manusia, yang dikenal dengan "protokol nyamuk". Daniel menjelaskan: "Kamu kirim warga sipil ke terowongan. Ponsel di rompinya mengirim data GPS. Dalam seminggu, setiap kompi punya 'nyamuk' sendiri."
Pembunuhan di Lokasi Bantuan Kemanusiaan
Seorang kontraktor yang bekerja di lokasi distribusi makanan GHF menyaksikan langsung penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata. "Dua pria muda berlari ke arah bantuan, lalu dua tentara mengejar mereka, berlutut, dan menembak dua kali. Dua kepala langsung terkulai dan jatuh," paparnya.
Data PBB mencatat setidaknya 944 warga sipil Palestina tewas saat berusaha mendapatkan bantuan di sekitar lokasi GHF.
Pengaruh Retorika Politik dan Agama
Para tentara mengaku terpengaruh retorika politik dan pemimpin agama Israel yang menyatakan setiap orang Palestina sebagai target sah setelah serangan 7 Oktober 2023. Ungkapan "tidak ada orang tak bersalah di Gaza" meresap di kalangan tentara.
Mayor Neta Caspin mengungkapkan bagaimana rabi brigade mendorong balas dendam terhadap semua orang, termasuk warga sipil. Sementara Rabi Avraham Zarbiv menyatakan seluruh Gaza sebagai "infrastruktur teroris besar" dan mengklaim mempelopori taktik penghancuran massal.
Beban Psikologis dan Penyesalan
Dokumenter ini juga menunjukkan beban psikologis yang dialami tentara Israel. Daniel mengungkapkan perasaannya: "Saya merasa mereka telah menghancurkan seluruh kebanggaan saya sebagai orang Israel—sebagai perwira IDF. Yang tersisa hanyalah rasa malu."
Meskipun IDF dalam pernyataannya menegaskan komitmen pada supremasi hukum dan penyelidikan internal, kesaksian para tentara ini mengungkap cerita yang berbeda dari operasi militer di Gaza.
Artikel Terkait
DPR Bahas Pembentukan Ditjen Ponpes dengan Menag, Ini Poin Utamanya
Kader Gerindra Serentak Tolak Budi Arie: Penyebab dan Dampaknya
SMA Negeri 72 Kelapa Gading Kembali PTM: Syarat, Jadwal, & Opsi Daring
Gus Baha: Sosok Kiai Tegas dan Jujur yang Tak Terpengaruh Politik