Proyek Whoosh KCIC: Tantangan Kedaulatan dan Beban Hutang bagi Prabowo
Direktur Gerakan Perubahan Muslim Arbi menyoroti proyek Kereta Cepat Whoosh KCIC sebagai isu strategis nasional. Dalam pernyataannya, Muslim Arbi menegaskan bahwa Indonesia harus tetap mempertahankan kedaulatannya dari segala bentuk intervensi asing, termasuk dalam proyek infrastruktur seperti Kereta Cepat Whoosh.
Kedaulatan Negara dalam Ancaman Intervensi Asing
Muslim Arbi menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia masih merupakan negara berdaulat. Namun, dalam kasus Kereta Cepat Whoosh, menurutnya negara ini mendapat tekanan dan intervensi berat dari pihak asing, khususnya Republik Rakyat Tiongkok.
Pernyataan Kontroversial Prabowo tentang Whoosh
Pernyataan Presiden Prabowo yang siap mengambil alih dan menanggung beban hutang Whoosh memunculkan pertanyaan besar mengenai kedaulatan Indonesia. Publik mempertanyakan apakah kedaulatan negara digadaikan ke China melalui proyek KCIC Whoosh ini.
Sejarah Proyek Whoosh yang Dipenuhi Kontroversi
Proyek kereta cepat Whoosh telah menjadi perbincangan publik sejak awal. Ketika Jepang gagal mendapatkan proyek ini, keputusan Jokowi untuk melanjutkan proyek kereta cepat dianggap ugal-ugalan dan akhirnya jatuh ke tangan China. Hubungan dekat Jokowi dengan Xi Jinping pada masa itu turut mempengaruhi keputusan ini.
Penolakan dari Para Ahli dan Pejabat
Muslim Arbi mengungkapkan bahwa para ahli, pakar, dan aktivis telah menyuarakan keberatan terhadap proyek Whoosh. Bahkan dua menteri yaitu Dr. Adrianof Chaniago sebagai Menteri Bappenas dan Ignatius Jonan sebagai Menteri Perhubungan dicopot dari jabatannya karena menolak proyek tersebut.
Artikel Terkait
Ledakan di SMA Negeri 72 Kelapa Gading: Kronologi, Korban, dan Penyebab
Ledakan di Masjid SMAN 72 Jakarta: 7 Luka-luka, Diduak OTK dan Kronologi
Persada 212 Bogor Desak Larangan Ahmadiyah: Dasar Hukum & Dampaknya
Ledakan di SMAN 72 Jakarta: Kronologi, Korban Jiwa, dan Lokasi Kejadian