Proyek Kereta Cepat Whoosh: Sejarah Kesepakatan Jokowi dengan China dan Perbandingan Proposal Jepang
Sosiolog Perkotaan dari Nanyang Technology University (NTU) Singapura, Profesor Sulfikar Amir, mengungkap fakta menarik tentang proses penandatanganan kerja sama proyek kereta cepat Whoosh antara Indonesia dan China pada 2014. Dalam program ROSI di KompasTV, Sulfikar menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian saat itu, Sofyan Djalil, ketika menandatangani kesepakatan dengan Presiden China Xi Jinping.
Sejarah Awal Kerja Sama Kereta Cepat Indonesia-China
Pertemuan bersejarah antara Jokowi dan Xi Jinping terjadi pada Mei 2014 di Jakarta, bertepatan dengan peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA). Pertemuan ini berlangsung hanya satu bulan setelah kunjungan Jokowi ke China. Menurut Sulfikar, penandatanganan kerja sama pada saat itu menunjukkan bahwa komitmen proyek kereta cepat sudah dimulai jauh sebelum pengumuman resmi dari pemerintah Indonesia.
Sofyan Djalil, yang dilantik sebagai Menko Perekonomian pada 27 Oktober 2014, mendampingi Jokowi dalam proses ini. Karir Sofyan Djalil kemudian mengalami beberapa pergeseran jabatan, dari Menko Perekonomian (2014-2015), Menteri PPN (2015-2016), hingga Menteri ATR (2016-2022).
Dampak Kesepakatan 2014 terhadap Perencanaan Proyek Whoosh
Sulfikar Amir menilai bahwa kesepakatan antara Jokowi dan Xi Jinping pada 2014 memberikan dampak signifikan terhadap perencanaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh. Menurut analisanya, kesepakatan inilah yang menyebabkan perencanaan proyek menjadi tidak matang dan berujung pada kondisi yang kita lihat sekarang.
Artikel Terkait
Budi Arie Setiadi Kembali Pimpin Projo 2025-2030, Logo Baru Akan Diganti
Projo Ganti Logo Jokowi: Dampak Reshuffle & Pergeseran Dukungan ke PSI
Keracunan Massal Siswa SMK di Batang: Ini Penyebab dan Masalah Dasar Program MBG
Kebakaran Truk Tangki BBM di Cianjur, 2 Korban Luka Bakar Kritis