Presiden juga menegaskan bahwa kritik dan koreksi adalah hal yang wajar dalam kehidupan publik, terutama bagi seorang pemimpin. Prabowo mengaku sering membaca berbagai kritik yang ditujukan padanya di media dan menjadikannya sebagai bahan introspeksi diri.
"Jadi malam-malam saya buka gadget, apa iya ya, apa memang saya otoriter? Rasanya nggak sih. Jadi ini bagus, koreksi ini baik," tuturnya dengan terbuka.
Filosofi Pengabdian Tanpa Rasa Sakit Hati
Di akhir pesannya, Prabowo menekankan pentingnya menjaga hati dan tidak terjebak dalam perasaan dendam atau sakit hati saat mengabdi untuk bangsa. Pengabdian kepada negara, menurutnya, harus dilakukan dengan ketulusan dan semangat kerja sama tim yang kuat.
"Saya punya filosofi dalam pengabdian kepada bangsa dan negara tidak boleh diikuti oleh rasa sakit hati. Semua adalah kerja sama tim," tandasnya menutup pernyataan.
Pesan motivasi ini disampaikan Prabowo usai menghadiri pemusnahan 214 ton narkoba di Lapangan Bhayangkara, Mabes Polri, Jakarta Selatan. Pesan ini diharapkan dapat menginspirasi generasi muda Indonesia untuk berani bercita-cita tinggi dan tangguh menghadapi tantangan.
Artikel Terkait
Idealis vs Realistis: Bisakah Pemerintahan Baru Benar-Benar Berubah?
Misteri PIK 2: Kedaulatan Negara Masih Dikuasai Oligarki Meski Status PSN Dihapus?
Gelapnya Realita Jadi Supir Bus Saudi: Gaji Ternyata Bergantung Baksis, Tilangan Bisa Ratusan Juta!
Ibu-ibu Pengajian Gerebek Dua Tempat Judi di Kisaran, Ternyata Ini yang Ditemukan Polisi!