Justru dari pernyataan Hasan Nasbi inilah muncul arus balik dari netizen. Di berbagai platform media sosial, komentar Hasan Nasbi dianggap tidak relevan. Banyak yang menilai bahwa Purbaya justru membawa angin segar dalam gaya kepemimpinan nasional — tegas, terbuka, dan berani menegur siapa pun, termasuk pejabat di lingkaran pemerintah sendiri.
"Kalau bersih, ngapain risih?" menjadi salah satu komentar populer yang mewakili perasaan banyak warganet. Gaya blak-blakan Purbaya dipandang sebagai cermin integritas dan transparansi yang jarang ditemui di kabinet modern.
Posisi Moral Hasan Nasbi Dipertanyakan
Sementara itu, Hasan Nasbi yang belakangan diketahui sempat menjabat komisaris di BUMN setelah menjadi bagian dari lingkar kekuasaan, dinilai sebagian netizen tidak dalam posisi moral yang kuat untuk memberi ceramah soal etika komunikasi pejabat. "Dulu ngaku penjilat penguasa, sekarang ngatur gaya bicara menteri rakyat," tulis seorang pengguna X dengan nada sinis.
Peningkatan Popularitas Purbaya Yudhi Sadewa
Kini, posisi Purbaya Yudhi Sadewa semakin menguat bukan hanya sebagai teknokrat keuangan, tapi juga sebagai figur yang disebut-sebut "menteri kesayangan rakyat." Gaya lugasnya dianggap mewakili suara publik yang lelah dengan basa-basi birokrasi dan diplomasi internal.
Sementara Hasan Nasbi, dengan segala rekam jejak dan komentarnya yang kontroversial, kembali membuktikan bahwa dalam era keterbukaan digital, kritik terhadap tokoh publik bisa berbalik menjadi bumerang — terutama ketika publik sudah menentukan siapa yang mereka anggap benar-benar berpihak pada rakyat.
Artikel Terkait
Bayangkan, Air Minum Harus Dibeli Rp 7.000 per Ember: Kisah Pilu Warga Kampung Apung Kapuk Teko
Visa Mujamalah: Jalan Lain Ibadah Haji Tanpa Pakai Kuota Nasional, Ini Caranya!
Bentrokan di PN Jaksel Usai Praperadilan Khariq Anhar Ditolak, Poster Dirusak Polisi!
9 Tuntutan Mengejutkan Mahasiswa Lampung untuk Prabowo-Gibran, Ada Apa?