Pada 2013, Presiden Xi Jinping meluncurkan Belt and Road Initiative (BRI) yang secara resmi bertujuan memacu pembangunan global. Namun dalam praktiknya, negara dengan pemerintahan korup paling rentan terjebak.
Beberapa contoh nyata termasuk Sri Lanka, Pakistan, Kenya, Zambia, dan Laos. Polanya konsisten: elit menikmati proyek, sementara rakyat menanggung cicilan utang.
Indonesia dan Proyek Kereta Cepat Whoosh
Kini, Indonesia tampaknya menghadapi situasi serupa. Proyek kereta cepat Whoosh yang digadang-gadang sebagai kebanggaan nasional, justru menimbulkan beban finansial. Baru membayar bunganya saja, Indonesia sudah mengalami kesulitan keuangan—belum termasuk pokok utangnya.
Sebelum menyalahkan pihak lain, pertanyaan reflektif perlu diajukan: Sudahkah Indonesia membersihkan diri dari praktik korupsi?
Kesimpulan
Proyek infrastruktur seperti Whoosh memang penting untuk pembangunan. Namun, kehati-hatian dalam kerja sama internasional dan penguatan tata kelola dalam negeri menjadi kunci agar Indonesia tidak terjebak dalam skema utang yang membebani generasi mendatang.
Artikel Terkait
Dicekal AS! Sami Hamdi, Jurnalis Muslim Inggris yang Ditangkap Saat Tur Pidato
Ditolak! Praperadilan Khariq Anhar Gagal, Status Tersangka Tetap Dikukuhkan
Fakta Mengejutkan: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Rugikan Negara Rp73,5 Triliun, Kok Bisa?
Pasar Barito Pindah! 125 Kios Baru Siap Huni dengan Fasilitas Lengkap dan Gratis Sewa 6 Bulan