Manten Pegon: Makna & Relevansi Tradisi Pernikahan Surabaya di Era Modern
Fenomena Manten Pegon Surabaya kini ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak pasangan muda yang sehari-harinya akrab dengan teknologi justru memilih merayakan pernikahan dengan prosesi adat yang penuh makna. Tradisi ini bukan sekadar nostalgia atau tren estetika semata, melainkan upaya generasi milenial dan Gen Z dalam merebut kembali identitas kultural di tengah arus globalisasi.
Mengenal Tradisi Manten Pegon Surabaya
Manten Pegon adalah tradisi pernikahan adat khas Surabaya yang memiliki ciri khas akulturasi budaya. Istilah "Pegon" sendiri mencerminkan perpaduan harmonis antara budaya Jawa pesisir dengan unsur Arab, Tionghoa, dan Eropa. Ciri khasnya terlihat dari busana pengantin yang memadukan kebaya dengan jubah, serta riasan yang menggabungkan elemen Jawa dan sentuhan oriental.
Alasan Generasi Muda Memilih Manten Pegon
Di era digital yang serba cepat, generasi muda justru menemukan nilai lebih dalam tradisi Manten Pegon. Berikut alasan-alasannya:
1. Penolakan Terhadap Keseragaman Global
Manten Pegon menjadi pilihan alternatif dari konsep pernikahan internasional yang seragam. Tradisi ini menjadi pernyataan identitas kultural yang kuat dan penolakan halus terhadap homogenisasi budaya.
2. Pencarian Pengalaman Otentik
Generasi modern mendambakan pengalaman pernikahan yang tidak hanya instagramable, tetapi juga bermakna mendalam. Prosesi seperti siraman dan midodareni menawarkan pengalaman transformatif yang langka di kehidupan urban.
3. Refleksi Identitas Personal
Bagi pasangan dengan latar belakang budaya beragam, Manten Pegon menjadi cerminan sempurna kisah cinta mereka. Tradisi yang lentur ini memungkinkan modifikasi dan penyesuaian dengan narasi personal setiap pasangan.
Artikel Terkait
Hujan Deras di Jakarta Tewaskan Satu Nyawa, Ini Kronologi Lengkapnya
Gubernur Kalbar & Menteri UMKM Bongkar Rahasia Sukses Warga Perantau di Acara Ini
Gempa M 5.1 Guncang Keerom Papua! Cek Dampak & Titik Episenter Terkini
Sri Sultan HB X Beri Peringatan Keras: Jangan Abai Suara Anak Muda, Sebelum Terlambat!