MURIANETWORK.COM - Misteri kematian Arya Daru Pramudita, diplomat Kementerian Luar Negeri yang ditemukan tak bernyawa di kamar kosnya kawasan Menteng, Jakarta Pusat, masih menyisakan tanda tanya besar.
Di balik penyelidikan aparat, keluarga mendiang rupanya telah memiliki arah kecurigaan mereka sendiri.
Menurut Komisioner Kompolnas, Mohammad Choirul Anam, pihak keluarga secara khusus meminta agar penyelidikan menyoroti Siswanto, penjaga kos tempat Arya ditemukan tewas.
Permintaan itu bukan tanpa alasan. Keluarga mempertanyakan bagaimana Siswanto bisa masuk ke kamar Arya yang diketahui terkunci ganda dari dalam, saat pertama kali menemukan jenazahnya pada Selasa, 8 Juli 2025.
Lebih dari dua pekan setelah jasad Arya ditemukan, tim Kompolnas akhirnya mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) atas permintaan langsung dari keluarga.
“Kami dapat pesan khusus dari keluarga Arya untuk mendalami penjaga kos itu. Karena itu kami turun ke lokasi, bukan hanya tanya ke polisi,” ujar Choirul Anam seperti , dikutip dari Metro TV News, Selasa 29 Juli 2025.
Tim Kompolnas menelusuri berbagai detil: posisi kunci kamar, kondisi plafon, hingga kronologi versi penjaga kos.
Tujuannya, untuk memastikan kejanggalan yang sejak awal dirasakan keluarga.
WA Istri Arya Jadi Poin Kritis
Kecurigaan keluarga makin menguat setelah diketahui bahwa istri Arya sempat menghubungi Siswanto via WhatsApp pada malam sebelum sang diplomat ditemukan meninggal.
Kompolnas pun mengonfirmasi langsung isi percakapan tersebut kepada Siswanto.
Choirul menyebut, mereka mengecek keaslian komunikasi itu: waktu pesan dikirim, isinya, dan bagaimana respons Siswanto saat itu.
“Jadi kami tanya langsung ke penjaga kos: benar kamu dihubungi istri korban? Jam berapa? Konteksnya apa?” ucap Anam.
Tak hanya berbicara dengan penjaga kos, Kompolnas juga meminta keterangan dari penghuni kamar lain di malam kematian Arya.
Salah satu tetangga kamar mengaku sempat terjaga hingga pukul 01.00 dini hari.
“Dia bilang malam itu hening. Tapi dia juga bilang kalau biasanya ada suara kecil pun, seperti tikus di dapur, dia pasti dengar. Jadi suasana terlalu sepi itu terasa janggal juga,” tutur Choirul.
5 Kejanggalan Ini Bikin Keluarga Tolak Mentah-Mentah Vonis Bunuh Diri Arya Daru!
1. Paradoks Kepribadian: Sosok Ceria vs. Tindakan Putus Asa
Ini adalah kejanggalan terbesar dari sisi psikologis. Keluarga secara konsisten menggambarkan ADP sebagai sosok yang ceria, supel, dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda depresi.
Gambaran ini sangat kontras dan sulit disatukan dengan narasi kepolisian tentang seorang pria yang begitu putus asa hingga menghabiskan 86 menit mencoba bunuh diri di kantornya.
Bagaimana bisa seorang yang dikenal periang dan penuh semangat oleh orang-orang terdekatnya tiba-tiba mengambil keputusan sefatal itu tanpa ada 'tanda bahaya' yang terlihat?
Bagi keluarga, kedua narasi ini mustahil datang dari orang yang sama.
2. Motif Bunuh Diri yang Tak Terjawab
"Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu [bunuh diri]," ujar Meta dengan tegas.
"Begini, itu kan kami melihat pengamatan kami terhadap yang bersangkutan [Arya Daru] itu selama bertahun-tahun," lanjutnya.
Lebih jauh, keluarga juga menepis spekulasi adanya tekanan atau beban kerja berlebih yang dialami Arya sebagai abdi negara di Kemenlu.
Ketiadaan motif ini menyisakan ruang kosong yang sangat besar, yang kini diisi oleh keraguan keluarga dan spekulasi adanya faktor eksternal yang belum terungkap.
3. Ponsel yang hilang
Ini adalah kejanggalan fisik yang paling nyata dan paling sulit dijelaskan.
Dalam kasus yang semua buktinya diklaim mengarah pada tindakan "seorang diri", bagaimana mungkin ponsel pribadi korban bisa lenyap?
Ponsel adalah saksi digital paling krusial yang bisa berisi chat, riwayat lokasi, dan riwayat browser terakhir—sebuah 'kotak hitam' yang merekam detik-detik terakhirnya.
Ketiadaannya adalah anomali yang belum terpecahkan dan menjadi bahan bakar utama bagi keraguan keluarga bahwa ada pihak lain yang mungkin terlibat untuk menghilangkan jejak.
4. Lakban yang Tak Lazim
Meskipun polisi memastikan sidik jari di lakban hanya milik korban, metode kematian itu sendiri terasa tak lazim dan memunculkan pertanyaan bagi keluarga.
Penggunaan lakban untuk bunuh diri adalah metode yang sangat rumit dan jarang terjadi.
Kejanggalan metode ini, ditambah dengan tiga poin keraguan lainnya, membuat keluarga semakin yakin bahwa ada cerita lain yang belum terungkap di balik pintu kamar kos nomor 105 tersebut.
5. Beban Kerja Tinggi
Menurut Meta, beban kerja adalah konsekuensi logis dari setiap profesi, dan Arya tidak pernah menunjukkannya secara berlebihan.
"Nah terkait dengan beban kerja, perlu kami sampaikan juga bahwa namanya orang bekerja itu pasti ada beban. Dan kan pasti ada juga berbagai macam halnya," tuturnya. "Hanya saja sepemahaman dan sepengamatan kami terhadap Daru itu sampai sejauh ini tidak pernah menceritakan beban-beban berat yang ada, kurang lebih seperti itu," imbuhnya.
Citra yang dibangun keluarga adalah sosok Arya yang memiliki support system yang kuat, terutama dari sang istri.
Hubungan keduanya digambarkan sangat sehat, terbuka, dan suportif dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
"Memang segala sesuatu itu didiskusikan, dikomunikasikan antara suami dan istri ini dengan cukup baik," ucapnya.
Siapa Vara dan Dion, Sosok Misterius yang Temani Arya Daru Sebelum Tewas?
Dua nama muncul dalam rekaman CCTV yang merekam aktivitas terakhir diplomat muda Kementerian Luar Negeri, Arya Daru Pangayunan (39), sebelum ditemukan meninggal dunia.
Mereka adalah seorang perempuan bernama Vara dan seorang pria bernama Dion.
Keduanya terekam bersama Arya saat berada di Mal Grand Indonesia beberapa hari sebelum kematiannya.
Berdasarkan paparan penyelidikan yang ditunjukkan oleh Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Arya terlihat masuk ke gerai H&M di Grand Indonesia bersama Vara dan Dion.
“Sesuai keterangan saksi dan bukti CCTV, Arya masuk mal bersama mereka,” ujar Kombes Wira Satya Triputra saat konferensi pers di Jakarta, Selasa 29 Juli 2025.
Namun hingga kini, hubungan antara Arya dengan dua sosok tersebut masih menjadi teka-teki.
Wira mengonfirmasi bahwa Vara telah dimintai keterangan oleh penyidik, sementara status Dion belum diungkap lebih lanjut.
“Identitas dan hubungan pribadi mereka tidak bisa kami buka, demi menghormati privasi,” ujarnya singkat.
Setelah berbelanja, Arya sempat memesan taksi online.
Awalnya ia hendak pulang ke kos, namun di tengah jalan mengubah arah menuju Gedung Kemlu.
Di sana, CCTV menunjukkan Arya naik ke rooftop dan mencoba memanjat pagar gedung, menandakan kondisi psikis yang tidak stabil.
Selain dari rekaman aktivitas, penyelidik menemukan sejumlah barang bukti mencolok saat olah TKP.
Lakban kuning, alat kontrasepsi, dan pelumas ditemukan di lokasi kematian, memperkuat spekulasi soal kondisi mental dan motif di balik peristiwa ini.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Bantah Keras Tuduhan Calo Tiket, Mulyono Teman Jokowi: Saya Rimbawan!
Jeritan Warga Saat Rekeningnya Diblokir PPATK: Dari Tabungan Darurat hingga Rekening Anak
Pak Jokowi, Reuni Bukan Bukti Kelulusan
Guru di Blitar Rame-rame Gugat Cerai Suami Usai Dilantik PPPK, Merasa Lebih Mandiri secara Finansial