Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, bersikap keras. Ia tak akan beri tempat sedikit pun bagi aksi premanisme untuk tumbuh di Kota Pahlawan. Bahkan, organisasi masyarakat yang ketahuan main kasar entah itu melakukan pemaksaan atau kekerasan pada warga siap-siap saja dibubarkan.
“Kalau ada yang berani bertindak atas nama ormas, ya proses hukum harus jalan,” tegas Eri pada Rabu (31/12/2025).
“Kita juga akan usulkan pembubaran ormas itu. Tidak ada tempat buat preman di Surabaya.”
Pernyataan tegas ini bukan tanpa sebab. Eri sedang menanggapi kasus yang menyita perhatian: pengusiran dan pembongkaran paksa rumah yang dihuni Nenek Elina Widjajanti, yang sudah berusia 80 tahun. Menurutnya, Pemkot sudah bergerak mengambil langkah-langkah pencegahan agar kejadian mirip tak terulang lagi.
“Kita enggak mau ada kegiatan yang bikin resah. Makanya, kita kumpulkan arek-arek Suroboyo, sosialisasikan soal Satgas Anti-Premanisme yang sudah dibentuk,” ujarnya.
Tak cuma sampai di situ. Upaya konsolidasi digencarkan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Ormas dan perwakilan suku-suku di kota ini dikumpulkan semua. Tujuannya satu: memastikan semua pihak tahu dan mendukung kerja Satgas Anti-Premanisme.
Eri kembali menegaskan fondasi kota ini. Surabaya dibangun dengan nilai agama dan Pancasila. Karena itu, segala bentuk kekerasan sama sekali tak bisa ditolerir.
Artikel Terkait
Kecelakaan Maut di Tol Krapyak: STNK dan SIM Sopir Bus Dipertanyakan
Titi Anggraini Bongkar Dalih di Balik Wacana Pilkada Lewat DPRD
ETLE Jadi Andalan Polda Metro Tekan Angka Laka Lantas yang Tembus 740 Jiwa
Selasa, Jumat, dan Minggu: Trio Hari yang Paling Sering Jadi Awal Tahun