Upaya mencegah banjir di Sumatera dan Aceh dengan mengendalikan hujan lewat Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) disebut BNPB sebagai langkah yang agak "menentang alam". Ya, terdengar ekstrem, tapi menurut mereka, itu justru diperlukan sekarang.
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, mengakui hal ini terasa tidak lazim. Pasalnya, Indonesia sedang berada di puncak musim hujan. "Logikanya, pada masa seperti ini kita justru berusaha menghilangkan hujan. Sedikit banyak, itu seperti melawan kodrat alam," ujarnya dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur, Selasa lalu.
Namun begitu, pilihan lain tampaknya lebih berat.
"Ini harus kita lakukan," tegas Abdul. Alasannya sederhana: risiko banjir sudah di depan mata. "Coba bayangkan, kalau ada satu daerah saja yang terlewat dari jangkauan operasi kita, tiga kabupaten di Aceh Bireuen, Pidie, dan Aceh Tengah bisa langsung kebanjiran lagi. Sungai-sungai di sana sudah di ambang meluap."
Memang, operasi semacam ini bukan perkara murah. Biayanya besar. Tapi Abdul berargumen, itu adalah harga yang harus dibayar sementara, sampai kondisi lingkungan dirasa lebih aman. "Kita harus terus lakukan ini dulu. Sampai nanti titik-titik rawan, seperti daerah yang dangkal atau jembatan yang penuh sampah, sudah benar-benar kita bersihkan dan pastikan lancar," jelasnya.
Artikel Terkait
Liburan Bukan Kemewahan, Tapi Doa Kecil untuk Jiwa yang Lelah
Di Balik Keriuhan Media Sosial, Budaya Perusahaan Ternyata Masih Berjalan dalam Kabut
Mendikbud Ungkap Nasib Sekolah Pasca-Banjir: Ada yang Hilang, Rusak Parah, hingga Harus Direlokasi
Ukraina Bantah Klaim Serangan Drone ke Putin: Tak Ada Bukti, Hanya Akal-Akalan