Ekonomi Syariah 2026: Suara Global dan Strategi Keluarga di Tengah Tantangan Baru

- Minggu, 28 Desember 2025 | 22:50 WIB
Ekonomi Syariah 2026: Suara Global dan Strategi Keluarga di Tengah Tantangan Baru

Bogor – Sabtu lalu, tepatnya 20 Desember 2025, layar komputer dan ponsel para peserta menjadi jendela untuk sebuah diskusi penting. Sakinah Finance Outlook 2026 digelar secara daring, kembali mengusung tema besar tentang masa depan ekonomi syariah di panggung global. Acara ini bukan sekadar pertemuan biasa, melainkan ajang strategis untuk membaca arah angin.

Yang menarik, pembicaranya datang dari berbagai penjuru dunia. Sebut saja Bibi Jan Mohd Ayub, seorang edukator dan konselor keuangan keluarga dari Singapura yang pengalamannya sudah lebih dari 40 tahun. Kemudian ada Farisah Amanda, peneliti Sakinah Finance yang berdomisili di Inggris. Lalu, Laili Hudaifah, praktisi pendidikan finansial dari Nevada, Amerika Serikat, dan terakhir Harri Gemilang, seorang analis strategi keuangan korporasi yang berkarier di Arab Saudi. Suara mereka mewakili dinamika yang berbeda-beda.

Intinya, gelaran tahun ini ingin menegaskan satu hal: ekonomi syariah sudah bukan wacana lagi. Ia kini adalah arah pembangunan baru yang relevan, terutama buat keluarga, dalam menghadapi tantangan tahun 2026 nanti.

Pembukaannya diisi oleh Murniati Mukhlisin, atau yang akrab disapa Madam Ani. Selaku Pimpinan Sakinah Finance dan Guru Besar Akuntansi Syariah di Universitas Islam Tazkia, ia memaparkan kondisi terkini serta prospek ekonomi syariah Indonesia. Ia melihat ada peningkatan konsumsi Muslim dan minat terhadap produk keuangan syariah yang menggembirakan. Peluang di sektor riil halal juga dinilainya semakin kompetitif.

Namun begitu, Madam Ani juga mengingatkan sesuatu. "Kesiapan kebijakan literasi dan inklusi itu fondasinya," katanya. Menurutnya, tanpa fondasi yang kuat, upaya meningkatkan kesehatan keuangan masyarakat sesuai prinsip syariah akan sulit berkelanjutan.

Dari seberang lautan, Laili Hudaifah membawa cerita dari Amerika Serikat. Ia membeberkan dinamika ekonomi AS dan kemunculan instrumen keuangan syariah yang mulai bisa diakses masyarakat. Volumenya memang masih kecil jika dibandingkan dengan instrumen konvensional, tapi tren ini disebutnya sebagai sebuah babak baru.

"Perubahan harus dimulai dari individu yang berani belajar dan berkomitmen menjalankan prinsip syariah,"

tegas Laili.

Ia juga menyoroti satu hal positif: makin banyak lembaga pendidikan yang mulai memasukkan materi ekonomi syariah ke dalam kurikulum alternatif mereka.

Beranjak ke Inggris, Farisah Amanda memotret perkembangan di sana. Menurut paparannya, perbankan, takaful, industri halal, sampai pasar modal di UK sudah mulai bergerak aktif dalam kerangka syariah. Sistem regulasinya pun dinilai semakin terbuka dan memfasilitasi.


Halaman:

Komentar