Dibalik Dua Akun: Gen Z dan Pertunjukan Kepribadian di Media Sosial

- Minggu, 28 Desember 2025 | 21:06 WIB
Dibalik Dua Akun: Gen Z dan Pertunjukan Kepribadian di Media Sosial

Pukul tujuh lebih tiga puluh malam, sebuah foto terpampang di akun Instagram utama seorang mahasiswa. Gambarnya estetik, captionnya penuh motivasi. Dia tersenyum lebar di sebuah kafe yang bersih dan minimalis, bagai potret hidup yang sempurna. Tapi cuma selang sepuluh menit, di akun keduanya, muncul unggahan yang sama sekali berbeda. Hitam-putih, tanpa filter. Tidak ada senyum. Hanya bantal yang basah dan satu kalimat pendek: "Capek banget, pengen menyerah."

Fenomena dua wajah ini bukan cuma tren digital belaka. Di balik layar, ada jutaan anak muda Gen Z yang sebenarnya sedang terlibat dalam sebuah pertunjukan besar: pencarian jati diri. Kita terjebak dalam dualitas yang melelahkan. Di satu sisi, jadi sosok ideal yang disukai algoritma. Di sisi lain, di akun rahasia, kita menjadi sosok yang rapuh namun jujur.

Menurut sejumlah ahli, ketegangan antara kedua akun ini sebenarnya adalah alarm psikologis. Ini sangat selaras dengan pemikiran Carl Rogers soal konsep diri. Rogers bilang, setiap orang punya ideal self versi sempurna yang kita idamkan dan organismic experience, yaitu pengalaman hidup kita yang sesungguhnya. Nah, media sosial justru memperlebar jarak antara keduanya. Kita jadi bisa mengkurasi diri dengan sangat selektif.

Ketika kita terlalu fokus memoles akun utama agar tampak sempurna, kita mengalami apa yang disebut Rogers sebagai incongruence. Bayangkan seperti memakai sepatu yang kekecilan. Kelihatannya bagus, tapi langkahnya sakit. Yang penting dipahami, baik akun utama maupun akun kedua itu sama-sama bagian dari diri kita. Bukan soal yang mana topeng atau yang mana asli. Keduanya cuma ruang berbeda untuk mengekspresikan aspek kepribadian yang memang sudah ada, cuma disesuaikan dengan audiensnya aja.

Lalu, kenapa kita lebih lega curhat di akun rahasia?

Jawabannya ada dalam teori Erving Goffman tentang dramaturgi. Menurutnya, kehidupan sosial itu ibarat panggung. Akun utama adalah front stage, panggung depan tempat kita tampil sesuai ekspektasi orang. Sementara second account itu backstage, ruang belakang panggung. Di sanalah kita bisa melepas "kostum" dan menunjukkan sisi yang tidak dipoles.


Halaman:

Komentar