Kabupaten Bireuen, Aceh, perlahan bangkit dari bencana. Di tengah upaya pemulihan itu, hadirlah tim dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Mereka turun langsung, didanai penuh oleh DPPM Dirjen Risbang Kemdiktisaintek, untuk membantu warga yang terdampak.
“Tim medis kami terdiri dari dr. Hotimah Masdan Salim, Ph.D dan dr. Mustika Chasanatus Syarifah, Sp.FM dari Fakultas Kedokteran,” jelas Achmad Syafiuddin, Ph.D, yang memimpin kegiatan ini, Minggu (28/12).
“Kami juga didukung dua dokter muda, Singgih dan Cahyo, serta perawat Difran Nobel Bistara dan Afrizal Nur Kadir, ditambah bidan Faizaliya.”
Dengan kolaborasi lintas keilmuan itu, layanan kesehatan yang diberikan pun jadi lebih menyeluruh. Mereka juga menggandeng IDI Cabang Bireuen agar jangkauannya lebih luas.
Di Pante Lhong, warga antusias. Mereka mendapat pemeriksaan dari berbagai spesialis: anak, penyakit dalam, bedah, bahkan kedokteran jiwa. Tak cuma periksa, pengobatan dan edukasi kesehatan juga diberikan. Tujuannya jelas, meningkatkan kewaspadaan akan deteksi dini penyakit.
Namun begitu, tim ini tak melupakan aspek lain yang kerap terabaikan: kesehatan mental. Terutama untuk anak-anak.
Dokter spesialis jiwa secara khusus menggelar trauma healing. Lewat pendekatan yang edukatif dan menyenangkan, aktivitas ini bertujuan memulihkan psikologis mereka, mengembalikan rasa aman yang mungkin hilang.
Pelayanan serupa berlanjut di Pante Pisang. Mulai dari skrining ibu hamil, pemantauan lansia, hingga pemeriksaan anak-anak dilakukan di sini. Tak lupa, bantuan kemanusiaan seperti kit ibu hamil, kit bayi, dan sembako turut dibagikan untuk mendukung dapur umum warga.
Setelah sepekan berkegiatan, tim menemukan pola masalah kesehatan yang cukup mengkhawatirkan.
“Penyakit kulit semacam kutu air dan infeksi jamur sangat dominan, terutama pada anak dan remaja. Ini diduga kuat karena lingkungan yang masih lembap pascabanjir,” ungkap Achmad Syafiuddin, yang juga Ketua LPPM Unusa.
“Selain itu, kasus ISPA mulai meningkat. Debu sisa banjir jadi pemicunya, dan anak-anak lagi-lagi yang paling rentan.”
Artikel Terkait
Ulama Aceh Serukan Status Bencana Nasional untuk Banjir Bandang Sumatera
Kasus Korupsi Tambang Konawe Utara Berakhir Usai KPK Terbitkan SP3
Di Balik Tawa Getir Yudhit Ciphardian, Suara Kritik untuk Prabowo Menggema
Gempa Beruntun Guncang Agam dan Bukittinggi, Rusak Rumah yang Baru Terlanda Banjir