Reaksi orang pun beragam melihat realita ini. Ada yang bingung, bahkan mempertanyakan keadilan-Nya. Kok yang taat susah, yang lalai malah enak? Dari situ, timbulah iri dan kebiasaan membandingkan diri. Capek juga rasanya.
Ada juga yang lelah secara batin. Sudah berusaha taat beribadah, kok hasilnya nggak kelihatan? Hidup tetap aja berat.
Di sisi lain, sebagian orang mencoba memaknainya dengan berbeda. Mereka melihat ini sebagai ujian iman belaka. Percaya bahwa Allah Maha Tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya, meski kadang logika kita nggak nyampe.
Intinya, setiap orang punya ujian, waktu, dan takaran hidupnya sendiri-sendiri. Membandingkan nasib kita dengan orang lain, lalu menjadikannya patokan keadilan Allah, itu jelas menyesatkan. Allah Maha Tahu kemampuan dan kebutuhan kita, lebih dari kita sendiri.
Jadi gimana dong? Ya, kita harus tetap sabar, terus berikhtiar, dan belajar ikhlas. Mungkin Allah sedang menyiapkan yang terbaik di waktu yang tepat, dengan cara yang nggak kita duga. Berpikirlah positif. Hidup ini seperti roda, terus berputar. Nggak semua keinginan harus dikabulkan sekarang juga. Bayangkan jika semua permintaan kita dikabulkan instan, kita bisa lupa cara bersyukur dan lupa untuk tetap merendah dalam doa.
Zamzamil Karimah, mahasiswa Hukum Pidana Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Artikel Terkait
Warga Ambil Kayu Hanyut untuk Bertahan Hidup, DPR Malah Ribut soal Sampah
Surga Kuliner Halal di London: The Food District Buka dengan 15+ Rasa Dunia
Intelijen Israel Gagal Total Tanamkan Agen di Jajaran Hamas
Libur Panjang, Destinasi Klasik Ramai dan Ekonomi Lokal Bergeliat