"Kan banyak kejanggalan. Di situ katanya ada pembantu laki-laki dan perempuan. Tapi pada saat kejadian, mereka pulang. Kalau tidak salah, pulangnya beberapa jam sebelumnya. Nah, itu kejanggalan kan," kata Susno dalam sebuah program televisi.
Lalu, dia juga mempertanyakan sistem keamanan rumah tersebut. "Rumah sebesar itu, biasanya ada satpam pribadi. Kalau ada satpam, pelaku tidak mudah masuk. Saat kejadian, satpamnya di mana?" ungkap Susno.
Fakta di Tempat Kejadian
Keterangan dari polisi setempat agak menjawab, tapi sekaligus menambah tanda tanya. Kasi Humas Polres Cilegon, AKP Sigit Dermawan, menerangkan bahwa rumah mewah itu dihuni delapan orang, termasuk keluarga korban.
Memang ada CCTV, tapi sayangnya menurut Sigit semuanya dalam kondisi rusak. Tidak berfungsi.
Dan benar, rumah itu tidak dijaga security pribadi. Hanya mengandalkan petugas keamanan kompleks perumahan.
Seorang satpam perumahan bernama Sukir mengaku, pada hari kejadian memang ada dua asisten rumah tangga. "Katanya, yang satu pulang jam 11, yang satunya lagi jam 2," jelas Sukir.
Desakan untuk Segera Terang
Sementara dari internal partai, tekanan agar kasus ini cepat terungkap juga menguat. Nurul Amalia, Ketua DPP PKS Bidang Advokasi Partai, berharap penyelidikan dipercepat.
"Proses penanganannya harus lebih cepat. Agar segera ditemukan pelakunya dan tidak terjadi simpang siur informasi di masyarakat," ujar Nurul dalam sebuah tayangan televisi.
Dia menekankan pentingnya transparansi. "Penyidikan harus dilakukan secara profesional dan transparan. Publik perlu tahu motifnya dan siapa pelakunya," tuturnya.
Kini, semua mata tertuju pada tim penyidik Polda Banten. Misteri 22 luka tusukan pada seorang bocah sembilan tahun menunggu untuk dipecahkan. Keluarga menunggu keadilan, publik menunggu kejelasan. Waktunya terus berjalan.
Disarikan dari berbagai sumber pemberitaan.
Artikel Terkait
Kebun Binatang Bandung Buka Lagi, Bayar Seikhlasnya dan Bawa Sayur
Dosen ASN Meludahi Kasir di Makassar, Viral dan Dilaporkan ke Polisi
Kurir Sabu Rp 10 Juta Per Kiriman Digulung Polisi di Pontianak
Bambu atau Beton: Pilihan yang Menguji Makna Rumah Ibadah di Desa