Jokowi Beri Maaf untuk Tersangka Ijazah, Kecuali Tiga Nama Ini

- Jumat, 26 Desember 2025 | 05:00 WIB
Jokowi Beri Maaf untuk Tersangka Ijazah, Kecuali Tiga Nama Ini

Ini menguatkan kesan bahwa sejak awal memang ada pengelompokan. Ada klaster wartawan, aktivis, dan peneliti. Klaster wartawan akhirnya tak disentuh, mungkin karena protes publik yang keras. Dua klaster lain masuk. Dan menariknya, dari dua klaster itu, satu katanya bisa dimaafkan. Satunya lagi, yaitu klaster peneliti (RRT), sama sekali tidak.

Merespons hal ini, pengacara Roy Suryo, Ahmad Khozinudin, punya tafsir lain. Ia menilai manuver lewat Bara JP itu cuma taktik pecah belah.

Memang, sulit sekali menebak langkah Jokowi dalam kasus ini. Ia menerima tamu dengan baik di rumah, tapi ogah menunjukkan ijazah. Justru memperlihatkannya ke wartawan setelah tamu pulang. Lalu tiba-tiba ia melapor ke Polda Metro Jaya, merasa direndahkan serendah-rendahnya. Di depan publik ia bilang hanya melaporkan "peristiwa", tapi pasal-pasal yang dicantumkan penyidik ternyata banyak sekali.

Katanya ijazah hanya akan ditunjukkan di pengadilan, tapi saat dipanggil di sidang perdata, ia tak pernah hadir. Polanya tidak konsisten. Niat penyelesaian yang tulus? Rasanya tidak. Ini lebih mirip permainan politik.

Di sisi lain, harus diakui bahwa pihak Roy Suryo Cs juga tampak goyah. Pasca Gelar Perkara Khusus kemarin, Elida Netti, pengacara dari tim Eggi Sudjana, membuat pernyataan mengejutkan di luar ruangan.

Pernyataan ini langsung dibantah oleh kubu Roy Suryo. Tapi anehnya, kuasa hukum Elida belum juga dicabut oleh Eggi Sudjana. Ini indikasi awal perpecahan di internal mereka sendiri jauh sebelum wacana pemaafan dari Jokowi mencuat.

Justru di sinilah keanehan wacana pemaafan itu muncul. Klaster yang rencananya dimaafkan adalah kelompok yang selama ini paling vokal mempersoalkan ijazah, yang kerap dicap "garis keras". Sedangkan RRT justru diajak sebagai ahli untuk menguatkan analisis. Logikanya jadi terbalik.

Tapi ya, itulah politik ala Jokowi. Seringkali di luar nalar kebanyakan orang, di luar kotak pandora, bahkan mungkin di luar kewarasan rata-rata. Namun, harus diakui, sejauh ini ia selalu berada di posisi atas. Selalu menang.

Seperti tupai yang melompat dari dahan ke dahan. Belum sekali pun ia terjatuh.


Halaman:

Komentar