Ia juga menyayangkan cara Doktif yang kerap, menurutnya, terburu-buru membuat pernyataan di media sosial tanpa data yang kuat.
“Hati-hati dalam berstatement. Saya sering lihat Doktif terburu-buru memberikan statement tanpa data,” kata Richard.
“Kita ini ada UU ITE. Saya sebagai sejawat, sayang sekali sama Doktif dan nggak pengen Doktif sampai punya masalah hukum,” tambahnya, seraya memberi peringatan.
Richard mengaku, selama ini ia memilih diam bukan karena merasa bersalah. Diamnya itu justru upaya menghindari konflik yang bisa berujung masalah hukum. “Diam itu bukan artinya saya salah. Saya nggak mau berkonflik. Ini bisa buat masalah hukum dan apa yang dilakukan itu fitnah,” bebernya.
Rasanya sakit, lanjut dia, karena yang kena imbas bukan cuma dirinya. “Yang difitnah bukan cuma saya, tapi juga istri saya, karyawan saya, bahkan produk-produk saya,” ujarnya.
Tak cuma soal izin, Richard juga merasa perlu meluruskan riwayat pendidikannya yang sempat dipertanyakan. Ia menjelaskan, gelar S1-nya diperoleh dari Universitas Sriwijaya, lalu S2 dari Respati Indonesia. Program online yang diikutinya saat pandemi, katanya, murni untuk menambah ilmu bisnis.
“Aku ikut kuliah, kerjain tugas, dan desertasi sampai selesai. Kalau sekolahku kurang bagus, aku minta maaf. Yang jelas, aku murni ingin belajar,” terang Richard.
Di sisi lain, dari ruang penyidik, AKP Igo Fazar Akbar selaku Kanit Krimum Polres Jakarta Selatan membeberkan kronologi kasus ini. Laporannya sendiri sudah masuk sejak Februari 2025.
Penetapan tersangka, kata Igo, baru bisa dilakukan setelah dua alat bukti dianggap cukup. Salah satunya adalah konten TikTok dari Doktif yang menyebut Richard tak punya SIP untuk praktik di Palembang. “Faktanya, Dokter R sudah memiliki izin SIP,” tandas Igo, menegaskan bahwa bukti itu bertolak belakang dengan pernyataan tersangka.
Artikel Terkait
Hujan Deras Tak Surutkan Arus Liburan, Puncak Terapkan Sistem Satu Arah
Gotong Royong TNI dan Warga Bersihkan Jalan Tertimbun Longsor di Agam
Tere Liye: Tak Ucapkan Selamat Natal, tapi Doakan Mereka yang Terdampak Banjir
Pemulihan Jembatan Aceh: Dua Titik, Dua Cerita Progres