Lalu bagaimana dengan pluralisme? Prof. Didin menyoroti paham ini dengan nada prihatin. Pluralisme, dalam pemahamannya, menganggap semua agama sama. Kebenaran dianggap relatif, tidak ada yang mutlak. “Itu keliru,” tegasnya. Islam, lanjut dia, tidak mengajarkan relativisme dalam hal akidah. Setiap agama punya klaim kebenarannya sendiri, dan Islam pun demikian.
Di sisi lain, ada liberalisme. Paham ini, ia jelaskan, mengangkat kebebasan berpikir tanpa batas. Akal diletakkan di atas segalanya, bahkan mengesampingkan agama. “Akal dijadikan penentu utama, agama dikesampingkan,” katanya.
Ia menilai, kebebasan tanpa kendali inilah yang memicu banyak persoalan. Ketika akal bebas lepas dari tuntunan wahyu, yang muncul adalah kekacauan.
Pada akhirnya, Prof. Didin menegaskan satu hal: ketiga paham ini sudah difatwakan haram oleh MUI. Alasannya sederhana namun mendasar: semuanya bertentangan dengan prinsip dasar ajaran Islam. []
Artikel Terkait
Panglima TNI Resmikan Gedung Jenderal Soedirman, Pengawal VVIP Kini Punya Markas Modern
Kesombongan Moral: Ketika Lupa Asal-Usul Menjadi Akar Kehancuran
Pedagang Emas Tertembak Usai Kejar Penjual Liontin Palsu di Sukajadi
Gus Ipul Pastikan BLT dan Bantuan Rp8 Juta untuk Korban Bencana Sumatera