“Dan saya kemarin ketemu Bu Mega, ‘saya tidak pernah mengkliping koran-koran. Satu-satunya seumur hidup saya yang saya kliping itu tulisan-tulisannya Pak Nasaruddin di media’,” kenang Nasaruddin.
“Terus panggil ajudannya atau sekretarisnya, ‘iya, Bu, ini bundelannya’. Jadi saya sendiri juga enggak kliping, Bu Mega mengkliping. Dan itu ternyata bacaan politik, tausiah politik itu,” lanjutnya sambil terkagum.
Di sisi lain, kebiasaan menulisnya tak luntur. Ia mengaku masih sering diminta media lain untuk menulis, terutama selama bulan Ramadan.
Lalu, kapan waktu menulisnya? Nasaruddin memilih waktu yang sunyi: pagi buta. Ia biasa bangun pukul dua dini hari. Rutinitas ini, tentu saja, mengorbankan waktu tidurnya.
“Jadi jam tidur saya deep sleep-nya itu hanya satu jam satu tahun ini. Dua bulan terakhir ini, tidak pernah deep sleep saya itu lebih dari satu jam, paling 45 menit. Karena kapan saya menulis, kapan saya membaca? Tapi saya bersyukur Tuhan memberikan kesehatan,” pungkasnya.
Artikel Terkait
Muzakir Manaf: Sosok yang Membuat Sistem Gerah
Pesawat Jet Libya Jatuh di Ankara, Seluruh Pejabat Militer Senior Tewas
Pengamat Peringatkan: Pemerintah Bisa Dicap Pelindung Perusak Hutan Sumatera
Prabowo Gelar Rapat di Bogor, Bahas Kampung Haji hingga Pasokan BBM Sumatera