Hasilnya? Selama satu dekade memimpin, SBY meninggalkan warisan yang cukup solid. Pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,8% angka yang sayangnya tak bisa dipertahankan oleh penerusnya. Rasio utang dan beban fiskal berhasil ditekan. Cadangan devisa melonjak signifikan, sementara Produk Domestik Bruto meningkat berlipat ganda.
Sekarang, bandingkan dengan situasi hari ini.
Baru beberapa hari menjabat, keluhan sudah dilontarkan di depan pendukung. Alasannya? Pernah dinilai hanya dapat nilai 11 dari 100. Dikritik sekelompok kecil masyarakat, curhat lagi. Dan ketika menghadapi bencana yang cukup berat, intensitas ‘curhat’ justru makin menjadi-jadi.
Bukan hanya pimpinannya. Sekretaris kabinet pun ikut angkat bicara sampai berbusa-busa. Pendukungnya? Ketularan baper. Situasinya jadi ramai oleh perasaan tersinggung.
Padahal, solusinya sederhana: kerja saja. Kritik yang diterima sekarang ini belum seberapa dibandingkan hujatan yang dulu diterima SBY. Kalau kerjanya benar dan hasilnya nyata, kritik itu akan luntur dengan sendirinya. Instrumen untuk mengatasi masalah sudah ada lengkap. Sayang, yang sering terdengar justru keluhan.
(Wendra Setiawan)
Artikel Terkait
Kabur dari Tahanan, Hoaks Picu Amuk Massa Bakar Polsek di Mandailing Natal
Fadli Zon Pastikan Revitalisasi Gedung Sarekat Islam Semarang Dimulai 2026
Detak Jantung dan Segel Map: Saat Ijazah Jokowi Akhirnya Terbuka di Ruang Gelar Perkara
BSI Salurkan Rp245 Juta untuk Dukung Pendidikan Anak Asuh di Bogor