Kritik Diplomatik untuk Tito: Santun dan Terima Kasih Bukan Sekadar Ucapan

- Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:25 WIB
Kritik Diplomatik untuk Tito: Santun dan Terima Kasih Bukan Sekadar Ucapan

Di lingkungan sekolah dan masyarakat, nilai-nilai ini juga harus terus ditanamkan. Guru, tokoh masyarakat, dan pemimpin punya peran penting untuk mencontohkan perilaku yang menghargai dan nggak merendahkan orang lain. Lingkungan yang menjunjung tinggi kesantunan akan menciptakan suasana harmonis dan penuh hormat.

Namun begitu, prinsip kesantunan ini nggak cuma berlaku di ranah personal. Ia juga sangat relevan di tingkat yang lebih tinggi, bahkan dalam hubungan antarnegara. Baru-baru ini, pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah melontarkan kritik keras terhadap sikap Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Menurut Amir, ucapan dan sikap pejabat setingkat menteri nggak bisa dianggap sebagai ekspresi pribadi semata. Itu selalu membawa simbol dan wibawa negara. Dalam hubungan antarnegara, setiap pernyataan pejabat tinggi punya implikasi diplomatik yang serius.

Dia menegaskan, hubungan Indonesia dan Malaysia itu kompleks. Bukan cuma relasi formal, tapi juga punya ikatan historis, kultural, dan strategis yang harus dijaga dengan hati-hati. Oleh karena itu, Amir menilai sangat nggak tepat kalau urusan dalam negeri dicampuradukkan dengan isu yang bersinggungan langsung dengan hubungan bilateral.

Pada akhirnya, bersikap santun dan menghargai pemberian atau dalam skala lebih luas, menghargai hubungan dan kedaulatan adalah wujud kedewasaan emosional dan sosial. Nggak semua hal akan sesuai keinginan kita, tapi kita selalu punya pilihan untuk bersikap baik. Dengan mengucapkan terima kasih dan menjaga sikap, kita nggak cuma menghargai orang lain, tapi juga menjaga martabat diri sendiri. Kesantunan adalah jembatan yang mempererat hubungan, dan rasa syukur adalah kunci hidup yang lebih damai.

Jadi, alangkah lebih elegan dan indah, kalau kita semua bisa lebih santun dan berterima kasih. Tabik.

(ed/jaksat/ata)


Halaman:

Komentar