Desember 2025. Saat banjir bandang menerjang Kabupaten Aceh Tamiang, sebuah pondok pesantren tak terduga menjadi pahlawan. PP Darul Mukhlisin tiba-tiba viral. Bukan karena kajiannya, tapi karena fisik bangunannya yang berubah jadi ‘benteng’ penyelamat bagi warga di sekitarnya.
Ceritanya begini. Arus deras dari hulu bukan cuma membawa air, tapi juga jutaan batang kayu gelondongan. Bayangkan saja, kayu-kayu besar itu meluncur deras, mengancam langsung pemukiman padat penduduk. Nah, di sinilah peran pesantren itu muncul. Bangunannya yang kokoh, entah bagaimana, berhasil menahan laju kayu-kayu itu. Seperti penyaring raksasa.
Alhasil, kawasan permukiman di belakang pesantren selamat dari hantaman langsung. Kerusakan yang jauh lebih parah bisa saja terjadi andai kayu-kayu besar itu menerjang rumah-rumah warga. “Kompleks pesantren lah yang menahan semua,” kata seorang relawan di lokasi.
Tapi, pengorbanannya besar. Sekarang, area pesantren itu berubah total. Mirip lautan kayu, dengan tumpukan material setinggi dua sampai tiga lantai kira-kira 6 hingga 8 meter. Semua bangunan di dalamnya rusak berat. Hanya masjid utamanya yang masih tegak berdiri, kokoh di tengah tumpukan kayu dan sisa-sisa kehancuran.
Artikel Terkait
Transformasi Digital Kemenkum Raup Triliunan Rupiah dan Pecahkan Rekor ASEAN
Bendera Putih di Aceh: Isyarat Keputusasaan yang Akhirnya Didengar Jakarta
Kata-Kata Tulus untuk Hangatkan Natal dan Sambut Tahun Baru
Polres Gresik Bongkar Aplikasi Gomatel, 1,7 Juta Data Debitur Diperdagangkan