Di Balik Gerbang Terkunci: Kisah Penyiksaan di Sekolah Pembinaan Remaja China

- Rabu, 17 Desember 2025 | 15:36 WIB
Di Balik Gerbang Terkunci: Kisah Penyiksaan di Sekolah Pembinaan Remaja China

Setiap kali mencium aroma tanah usai hujan pagi, jantung Baobao masih berdegup kencang. Aroma itu membawanya kembali, ke balik gerbang terkunci tempat latihan militer dan rasa takut yang selalu mewarnai hari-harinya di Sekolah Pendidikan Berkualitas Li Zheng.

Di usia 14 tahun, dia hampir tak pernah keluar dari bangunan bercat merah putih di sebuah desa terpencil China itu selama hampir setengah tahun. Tempat itu, kata para instrukturnya, dirancang untuk "memperbaiki" anak-anak yang dianggap bermasalah oleh keluarga mereka sendiri.

"Setiap saat terasa menyiksa," kenang Baobao, yang kini berusia 19 tahun. Identitas aslinya disamarkan atas permintaannya.

Dia bercerita, anak-anak yang melawan akan dipukuli begitu parah sampai-sampai mereka tak bisa tidur telentang atau duduk selama berhari-hari. Begitu putus asanya, Baobao dan beberapa temannya sempat mempertimbangkan untuk mengakhiri hidup.

'Diperkosa dan Dipukuli'

Namun begitu, kisah Baobao bukanlah satu-satunya. Investigasi mengungkap berbagai tuduhan kekerasan fisik di sekolah yang pernah dihuninya dan sejumlah institusi sejenis dalam jaringan yang sama. Ada juga laporan penculikan terhadap anak muda yang dibawa paksa ke lembaga-lembaga tersebut.

Meski hukuman fisik pada peserta didik sudah dilarang di China sejak lama, kesaksian dari 23 mantan siswa mengisahkan hal berbeda. Mereka mengaku dipukuli atau dipaksa melakukan latihan fisik ekstrem.

Lebih mengerikan lagi, satu siswa mengaku diperkosa. Dua lainnya, termasuk Baobao, mengatakan mereka dilecehkan atau diserang secara seksual. Para pelakunya, menurut mereka, adalah instruktur atau guru di tempat itu.

Rekaman kamera tersembunyi bahkan menangkap aksi staf lembaga yang menyamar sebagai pejabat pemerintah untuk membawa paksa anak-anak. Tiga belas anak mengaku diculik dengan cara seperti itu, dan semuanya dilakukan dengan persetujuan orang tua.

Fakta-fakta ini dikumpulkan dari wawancara, pernyataan otoritas, laporan kepolisian, dan pemberitaan media. Semuanya mengerucut pada kejadian di lima sekolah dari sepuluh institusi serupa yang dijalankan atau punya hubungan erat dengan seorang mantan pejabat militer bernama Li Zheng.

Institusi-institusi ini adalah bagian dari industri yang sedang naik daun. Mereka menjanjikan disiplin ala militer bisa menyembuhkan segala "penyakit" remaja: dari kecanduan internet, depresi, percintaan, hingga persoalan identitas gender. Beberapa orang tua bahkan mengirimkan anak mereka yang sudah berusia di atas 18 tahun.

Di sisi lain, sejumlah tuduhan pelecehan sempat menjadi berita panas di China. Polisi pun pernah menangkap sejumlah orang dan menutup lembaganya. Tapi, sekolah-sekolah itu dengan mudah bangkit kembali dengan nama atau lokasi baru. Industri ini, kata mereka, "sulit diatur."

BBC mengetahui Li Zheng ditangkap pada awal 2025. Tapi rekan-rekannya sudah membuka sekolah baru.

Perusahaan maupun individu dalam jaringan tersebut tak bisa dihubungi atau menolak berkomentar. Sementara Kedutaan Besar China di London menyatakan, "semua lembaga pendidikan di negara mereka harus mematuhi peraturan."

Pemeriksaan Tubuh 'yang Sangat Mengganggu'

Semua ini berawal bagi Baobao ketika ibunya membawanya ke sekolah Li Zheng di Hunan. Penyebabnya sepele: dia beberapa kali bolos sekolah, yang memicu pertengkaran dan memperburuk hubungan mereka.

Saat sedang diajak berkeliling, ibunya tiba-tiba pergi. Baobao baru sadar, dia terjebak.

"Mereka bilang kalau saya bersikap baik, mungkin bisa keluar," ujarnya.

Awalnya dia melawan, menendang dan memukul para instruktur. Tapi akhirnya menyerah saat mereka mencoba mengikatnya dengan tali sepatu. Lalu, dia digeledah dengan cara yang dia gambarkan sebagai pelecehan seksual.

"Saya merasa sangat tersinggung… dia menyentuh semua area sensitif saya," tuturnya.

Ibunya membayar sekitar 40.000 yuan untuk enam bulan "sekolah" yang sama sekali tidak memberi pelajaran akademis. Institusi itu masih beroperasi kini, menampung sekitar 300 siswa berusia 8 hingga 18 tahun.

Pada awal 2025, seorang perempuan menyamar sebagai calon orang tua dan merekam interaksinya dengan pengurus sekolah. Sang pengurus dengan bangga menunjukkan gerbang terkunci, jeruji besi, dan CCTV yang mengawasi setiap sudut, termasuk kamar mandi.

Dia menawarkan "garansi tiga tahun" dan mengaku butuh setidaknya enam bulan untuk "memperbaiki" seorang remaja. Yang mengkhawatirkan, perempuan itu diminta untuk tidak memberi tahu anaknya tentang rencana ini.

"Ketika kami mengatur penjemputan, kami berbohong," kata pengurus itu. "Instruktur" akan menyamar sebagai pejabat dari "lembaga pengatur internet" dan membawa anak itu dengan paksa jika diperlukan.

Pengalaman serupa dialami Zhang Enxu, remaja 19 tahun yang orangtuanya tak menerima identitas transgendernya. Saat mengunjungi makam nenek bersama keluarga, tiga lelaki mengaku polisi menahannya dengan alasan kasus penipuan.

"Mereka menyeret saya ke mobil. Orangtua saya hanya menyaksikan," katanya.

Enxu dibawa ke Sekolah Pelatihan Pertumbuhan Psikologis Remaja Shengbo. Di sana, dia mengaku dipukuli sampai kehilangan pendengaran di satu telinga, dan diperkosa.

Dalam rekaman rahasia, pengurus sekolah tempat Baobao berada mengklaim tidak ada pemukulan. "Kami mengubah perilaku dengan pelatihan militer dan konseling," katanya.


Halaman:

Komentar